Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Aku Tidak Tahu, Mengapa Tulisanku Sulit Dipahami?

30 Juli 2024   12:33 Diperbarui: 30 Juli 2024   13:10 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Melihat ke bawah permukaan tubuh, entitas metafisis bertambah keunggulannya melampaui kemuliaan instingtual. Tidak bermanfaat bagi pembentukan sistem makna dalam mengusung obyek tanda kritis, jika yang lahir hanyalah pendaur-ulangan kepengecutan. Subyek memiliki pabrik (fungsi ekonomis) berbenturan dengan materialitas gagasan (pabrik). Tujuan besar ditopang oleh kenikmatan, bahwa teror ketakutan yang dipulihkan melalui rekayasa (ingin cantik lewat bedah plastik ditambah mekanisme tubuh ). 

Pada akhirnya, kesenangan besar kita berarti menandakan suatu kepemilikan suprabahasa atas kuasa diri. Dari pembelukan tubuh mekanis, maka lintas krisis, adaptasi, kontradiksi dan pembujukan pikiran yang mendatangkan nilai kepuasan interior yang disebut ”pengabstraksian cita rasa optimal.” Selanjutnya, gestur tubuh mengikuti selera. Dari pemahaman tentang tubuh itu sendiri dimatangkan dalam kekerasan simbolik.

Karena itu, berdasarkan tanda, maka setiap permainan hanyalah permainan. Sepanjang hal itu terkait dengan cita rasa paling tinggi, maka tubuh tetap menemukan dirinya berdasarkan sudut pandang yang dimainkan di ruang kosong.

Tidak jauh berbeda dengan hasrat manusia purba, pra-teknologi yang telah lebih rendah daripada manusia primitif sebagai nenek moyang lompatan raksasa, dimana aliran hasrat tidak lebih dari mekanisme keintiman, ketika kita memandang tanpa jarak lagi pluralitas cita rasa manusia, menjauhi arus-arus libido propetik berdasarkan tanda kegairahan yang tersembunyi. Benda-benda yang dicitrakan bisa membayangi taraf pembacaan atas teks.

Tubuh dikuatkan dengan teks tertulis. Suatu ingatan melalui tubuh menandai pergumulan tanda yang tidak tertukarkan. Tubuh terkurung dalam tubuh itu sendiri.

Hasrat yang menubuh yang menggoda (seksualitas). Tahapan tanda, yaitu memilih sesuatu tanpa tekanan apapun dan mempertanggungjawabkan dari apa pilihan hidupnya. Pasalnya, pilihan akhir di ujung ’kekerasan tulisan’ adalah ketidakhadiran pembacaan padanya. Padahal hasrat otomat sudah terlibat setengah mati dalam ruang tulisan.  

Alur-alur pemikiran modern mempersilahkan para Tuan berkubang di dalam ’penubuhan di ruang kosong’. Belajar dari perlawanan esensial untuk menimbang lagi apa kemiripan remeh dari ’hantu nasib’, terpecah-pecah dan tersedot dalam suatu titik rawan ’permainan tanda yang terkondisikan’, dimana tubuh muncul kembali dalam bentuknya yang baru.

Kadangkala pergerakan bahasa dikacaukan dunia obyek. Di situlah dunia dalam ‘tahapan Pasca-Asal-usul.’  Aliran ganda, mencakup ketinggian dan kecuraman melanda hasrat melalui pembacaan atas teks tertulis. Sekarang, huruf-huruf atau tulisan kuno yang sulit dibaca, akhirnya pelan-pelan bisa terkuak melalui Artificial Intelligence. Taruhlah satu contoh simpel, ketika saya menemukan tulisan dan makna yang tidak stabil terhadap obyek (pabrik). 

Pernyataan akan aktualisasi lingkungan pabrik mengantarkan sebagai kata benda yang diungkapkan melalui satu pembacaan. Pernyataan ini dimaksud pengendapan yang tertunda, bahwa setiap ’teritori opresif’ berarti penolakan cerita dari teks.

Tetapi, obyek kesenangan dari benda diri, prilaku atau hasil dari daya kreasi manusia sangat menggiurkan bagi kenikmatan obyek hasrat yang berlipat ganda.  Inilah salah satu entitas dan fungsi pluralitas dewasa ini.  Melalui proses pemuntahan produksi material yang telah melintasi tubuh dalam citra pikiran, seperti obyek kesenangan sebagai kebajikan dan kejahatan sekaligus, bertanda ganda menunjukkan sisi kerangkapan tanda itu sendiri. 

Pada sisi ketidaktergantungan, sistem tanda berhubungan dengan perbedaan dan pengulangan ala Deleuzean.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun