Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Wahyu Tanpa Tulisan Secara Otomatis Lenyaplah Makna: Catatan untuk Sukidi, Ph.D

18 April 2023   16:33 Diperbarui: 23 Juni 2023   07:36 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok pemikir Islam Sukidi Mulyadi, Ph.D. jebolan Harvard University (Sumber gambar: geotimes.id)

Misalnya, teks tertulis  masih tetap mampu bangun dari citra-suara penindasan atau teror begitu dekat dengan kita. Dalam ketidaksadaran, ia menerobos teks tertulis-buku perpustakaan di benua Eropa, Asia, Afrika atau Amerika. Apapun isinya, gelora-teks tidak terkondisikan dengan tulisan hieroglyphic Mesir atau ideogram. Selain mengingat kembali, titik celah keluar dari “sunyi” dan teks tertulis juga kembali menghadapi dirinya sendiri dalam keterpenuhan kata untuk diteliti.

Mungkin perlu diungkapkan, bahwa setiap bentuk perjuangan berbahaya yang tidak dimaknai datang dari maksud penulisnya, bukan dari kelengahan pembacanya. Teks tanpa kertas. Kita masih tetap menghadapi “sunyi” dan “kosong” menjadi agensi dari teks tertulis menciptakan pusaran dan sedotan yang tidak dalam. 

Kini, dari ideogram ke hologram. Kita masih berada di era hologram yang mencapai permukaan yang retak diantara kekerasan citra-tulisan.

Kembali ke tema yang mungkin dilupakan sejenak dalam pergerakan ingatan dan khayalan yang menerawang kosong. Setelah tidak ada lagi yang dapat dipertahankan dari kerapuhan kata yang dikendalikan oleh nalar sebagai “sistem narasi yang terpusat” bagi yang lain. 

Setiap celah kata yang dituliskan yang selanjutnya menjadi bahan pembicaraan tidak akan pernah solid tanpa pergerakan teks yang benar-benar hidup untuk diresapi melalui teks tertulis.

Tema yang bicarakan dalam Al-Qur’an terus menerus bersama teks tertulis tidak pernah berlawanan arus. Teks tertulis adalah jalinan antara mimpi, ingatan dan kesenangan. Teks tertulis seiring meditasi dan kebebasan. Teks tertulis adalah penandaan yang independen. Aliran citra dalam teks tertulis bergerak di sekitar kita. 

Misalnya, “Filsuf membaca kurs mata uang   terdepresiasi di berita utama koran” atau “Dokter membaca teks berjalan sebuah iklan parfum di televisi.” Kedua frasa tersebut bukanlah relasi antara permukaan dan rangsangan, melainkan “kebutaan rujukan.” Teks sebagai tubuh menunda rujukan bagi pembentukan relasi antara istilah dan produksi, akhirnya dikaburkan dengan makna lain yang bersifat pulura tidak direpresi dalam tulisan. Tetapi, wilayah pergerakan teks tertulis ditemukan dalam ketidakhadiran aliran ganda, yakni tanda ingatan dan hasrat yang dimolekulerisasi menjadi kesenangan untuk menghitung kumpulan celah kelengahannya sendiri.

Peristiwa kecil dalam aliran teks tertulis menelan korban kesadaran. Kurs mata uang dan iklan parfum bukan lagi bagian dari citra modal atau tanda hasrat sepanjang masih berada pada taraf makna, kecuali ia membebaskan dirinya dari kata yang menipu dirinya di balik maksud dari pemanfaat istilah. Setiap “kebutaan atas rujukan” berlangsung dalam taraf makna menjadi teks tertulis, tatkala rangkaian tanda hasrat atau teks visual tidak memiliki keterkaitan dengan “tanda kelaparan” atau ketidakpedulian pada hasrat atau kesenangan untuk berbagi tulisan

Ada sesuatu yang belum dirampungkan dalam ungkapan sederhana dari kematian ke kematian tanpa surat wasiat, tanpa kuburan dari penulis dan pembaca, kematian narator dan editor.

Teks tertulis mengenai hasrat seksual yang dieksploitasi, misalnya. Lain halnya, istilah melawan citra yang didramatisasi sedemikian rupa, seperti terpikat oleh suara setelah menonton atau membaca iklan perawatan tubuh.

Apa yang berbahaya, bukan teks, bukan buku, tetapi dalam dirinya sendiri: dari jiwa penulis atau pengarang. Karena kepamriahannya untuk disanjung-sanjung, dihadiahkan, ditawarkan dan ditukarkan dengan status atau gengsi, akhirnya tidak sebanding dengan nilai perjuangan hakiki, gerakan hasrat untuk menciptakan perjuangan baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun