Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Wahyu Tanpa Tulisan Secara Otomatis Lenyaplah Makna: Catatan untuk Sukidi, Ph.D

18 April 2023   16:33 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:08 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok pemikir Islam Sukidi Mulyadi, Ph.D. jebolan Harvard University (Sumber gambar: geotimes.id)

Tetapi, untuk sang penulis besar (penafsir besar Al-Qur’an), saya mengatakan (sang penulis pemula). “Saya ingin menulis kisah pahit getir Anda.” ”Saya tidak memulai kisah Anda dengan permasalahan bulu kuduk, kecuali rumus atau teori baru anda tentang energi tidak terhingga.” Kadangkala, selingan lelucon adalah prasyarat tulisan baru dalam ingatan atau imajinasi. Energi untuk menulis atau penaklukan atas hasrat untuk menulis tidak datang dari penafsiran, tetapi langsung dari suara bisikan murni di luar makna sesudah ditafsirkan oleh sang penafsir.

Penafsir dan penulis lebih dari tanda yang tidak dapat dicatat di halaman terakhir dari buku harian, tetapi sebagian kata harus ditebalkan, dikurungkan atau dipertanyakan kembali apa yang dimaksud. Setelah berjalan cukup lama, mungkin kita akan lebih berhati-hati terhadap setiap pergerakan tulisan aneh. “Anda ingin mengkonsumsi obat sambil membaca buku,” “saya bukan manusia pembaca,” atau “saya melawan suatu tulisan yang mengumbar kata-kata manis saja di dalamnya.” 

Rangkaian ilusi dan ironi dalam kebebasan itulah yang perlu kita cumbui melalui model tulisan. Relasi-relasi penampakan tidak bertahan lama selama hanya sampai di bibir belaka. 

Suatu gerakan di sekitar kita yang tidak tertumpahi aliran revolusi tulisan. Untuk setiap makna yang kosong dari gerakan dan luapan kesenangan membaca kolom berita tentang kredit atau pinjaman yang kita butuhkan. Tidak ada makna, kebutuhan atau pemuasan hasrat.

Semuanya adalah hasrat untuk mengelabui diri, revolusi dalam revolusi. Model mekanis dan tulisan menjadi mesin ganda yang kita temukan dan digunakan setelah revolusi filosofis dan masih berlangsung, kecuali kita telah berhenti memainkan permainan sederhana yang melekat pada diri kita. Kecuali rantai revolusi makna yang kabur akibat penghianatan hasrat dan seksual. 

Kita menghadapi krisis dari dalam, bukan dari tubuh kita, karena satu sisi permainan kedalaman teks tertulis melawan kegelapan makna yang digumuli, dibandingkan hasrat untuk melunasi atau menikmati produk mewah dari merek dagang tertentu. Mungkin kita masih mengingat, bahwa merek dagang adalah bagian dari aparatur tulisan yang bisa jadi setiap saat akan meneror atau menyiksa pikiran, dimana aliran hasrat dan kesenangan mengambilalih ruang kosong-titik celah dalam peristiwa.

Sebagai sesuatu yang tidak berasal dari permukaan atau instrumen, revolusi-model filosofis-ilmiah mendahului model mekanis-teknik, seperti mesin cetak, mesin foto kopi. teks tertulis benar-benar dalam ruang dan waktu yang berbeda. Ia sama dengan di saat ditulis, dicetak, didistribusi, dibaca, dan seterusnya. Penindasan atau eksploitasi manusia bukan lagi teks tertulis dari teater atau drama biasa. Bukan hanya tidak ada dalam ruang psikis kita, tetapi juga mimpi. Alirannya nyata dan bergerak sebagaimana hasrat memiliki relasi dengan kesenangan bahkan pikiran. 

Suatu teks tertulis dalam proposisi dan logika yang dibangunkan dari pinggiran aliran hasrat. Ia tidak ada titik celah bagi orang  yang berhenti menulis, sekalipun tintanya habis dialirkan, ditorehkan, dan diabaikan oleh pembaca kritis.

Misalnya, teks tertulis  masih tetap mampu bangun dari citra-suara penindasan atau teror begitu dekat dengan kita. Dalam ketidaksadaran, ia menerobos teks tertulis-buku perpustakaan di benua Eropa, Asia, Afrika atau Amerika. Apapun isinya, gelora-teks tidak terkondisikan dengan tulisan hieroglyphic Mesir atau ideogram. Selain mengingat kembali, titik celah keluar dari “sunyi” dan teks tertulis juga kembali menghadapi dirinya sendiri dalam keterpenuhan kata untuk diteliti.

Mungkin perlu diungkapkan, bahwa setiap bentuk perjuangan berbahaya yang tidak dimaknai datang dari maksud penulisnya, bukan dari kelengahan pembacanya. Teks tanpa kertas. Kita masih tetap menghadapi “sunyi” dan “kosong” menjadi agensi dari teks tertulis menciptakan pusaran dan sedotan yang tidak dalam. 

Kini, bentuk berubah dari ideogram ke hologram. Kita masih berada di era hologram yang mencapai permukaan yang retak diantara kekerasan citra-tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun