Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Wahyu Tanpa Tulisan Secara Otomatis Lenyaplah Makna: Catatan untuk Sukidi, Ph.D

18 April 2023   16:33 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:08 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok pemikir Islam Sukidi Mulyadi, Ph.D. jebolan Harvard University (Sumber gambar: geotimes.id)

Tulisan yang dimaterialisasi dari wahyu bukan dua kutub yang berlawanan. Keduanya tidak terdiri secara bebas satu sama lain dan bukan dua entitas yang setara. Kita sudah mengetahui, tulisan setelah wahyu sebagai bagian dari bentuk kepedulian. Karena itu, tulisan dan wahyu selalu merupakan satu komponen, kaya makna, dan banjir kata-kata yang mengalir deras keluar dari satu penafsiran ke penafsiran lainnya.

Kata lain, makna dari teks Al-Qur’an yang bersifat plural dan bahkan kontradiktif terjadi saat tulisan muncul dalam kehidupan intelektual dan sosial. Tetapi, makna yang bersifat plural tidak bisa direduksi oleh adanya tulisan baru dan berbeda dari sebelumnya. Tulisan baru dan berbeda muncul karena justeru dikotomi ini tidak mencerminkan makna yang saling berlawanan satu sama lain, tetapi telah ditentukan secara hierarkis, di mana yang pertama selalu mendapatkan prioritas baik secara temporal maupun makna kualitatif kata tersebut.

Satu hal yang sebenarnya tidak menggelikan untuk disebut berulangkali adalah mekanisme. Tulisan sebagai mekanisme. Menurut Sukidi, penafsiran atas teks Al-Qur’an yang memproduksi yang plural dan kontradiktif merupakan mekanisme. 

Untungnya, penafsiran sebagai mekanisme dan tulisan sebagai mekanisme begitu memikat. Mekanisme bisa melampaui sintaksis atau tata bahasa.

Sebagian yang lain, mekanisme hasrat untuk menulis seiring mekanisme pendisiplinan ilmu pengetahuan. Mekanisme tersebut keluar dari makna ritual-persembahan terhadap sang abstrak. Seorang yang hanya tertarik membaca tentang pendisiplinan ilmu pengetahuan atau mekanisme penulisan usai wahyu diturunkan. Menjalankan mekanisme secara sepintas lalu atau secara dangkal berarti menyediakan waktunya sejenak untuk berada dalam “pra mesin tulisan.”

Suatu teks tertulis yang tidak menimbulkan kecabulan berarti bukan kebutuhan bagi liur dan darah untuk memiliki aliran produksi-sirkulasi, kecuali produksi-sirkulasi abstrak. Setiap kalimat atau proposisi atau logika yang dimuat dalam buku-teks tertulis diminati karena alasan, seperti bagus sampulnya, menarik judulnya, pengarangnya terkenal atau bentuknya membuat penasaran pembaca melalui arus hasrat yang terjaga atau tersteril dari titik gelap akan menjadi suatu mesin ingatan yang tentu saja pada awalnya ditandakan ruang kosong. 

Saya melihat, bahwa setiap kata dan suara di sekitar kita yang jauh dari prasangka buruk tetap selalu menjadi rangkaian mesin ingatan yang seringkali tidak membutuhklan sesuatu yang berkekuatan abstrak dan pengulangan, karena dengan energi yang tidak rapuh, tertanam dalam-dalam dan bergerak leluasa untuk berinteraksi dengan aliran hasrat, pikiran, khayalan, dan yang lainnya.

Mesin abstrak menjadi mesin abadi. “Mesin hasrat” Deleuze-Guattari sebagai sesuatu yang tidak dilupakan oleh mesin ingatan. Identifikasi mengenai ingatan sama dengan kekuatan abstrak masih menjadi teka-teki atau sesuatu yang masih misterius di dunia ini bersama aliran hasrat untuk pengetahuan dan aliran tulisan. Ditambahkan, tulisan tidak diganggu khayalan, mimpi, pikiran, dan kesenangan yang melimpah. Semuanya dibentuk oleh tulisan (kulit onta, papirus, dan seterusnya) setelah wahyu diturunkan. Semuanya digambarkan sebagai sesuatu yang tidak asing dan rahasia dalam setiap zaman. Ada waktu seluruhnya produktif, dipuja-puja dan di waktu lain disepelehkan, abortif, bahkan dicurigai, persis seluruhnya tidak mengurangi energi manusia dalam kehidupan.

Suatu tulisan tentang kehidupan yang dirindukan melalui “mesin abadi” datang dari teks tertulis tentang kasih sayang dan kebencian, kepedulian dan keacuhan, keadilan dan kezaliman, kerajinan, dan kemalasan serta seluruh irama yang bergerak saling bergulat, bersilih ganti dan berebah. 

Setelah menghilang dalam teks visual, “mesin abadi” muncul kembali dalam model-model baru yang tidak terpikirkan sebelumnya. Ini mungkin pasca model sinematik sebagai citra atau penjelajahan yang dapat melumpuhkan nalar. Seluruhnya samar kembali dalam keluh kesah, ketulian dan keborosan.

Kita tidak memulai perbincangan setelah teks dirampungkan hanya dengan mesin kata-kata, tetapi juga mesin ingatan melalui bank kenangan, album foto, kaleidoskop, dan arsip film yang tidak melawan relasi antara arus produksi hasrat dan ekonomi, seperti rokok atau busana. Tidak peduli harga dan indeksnya menjadi wilayah permainan dengan kode yang dibentuknya. Telinga-telinga dipasang alat pendengar jauh dari ambang batas teks filsafat, ilmiah-revolusi, peperangan, dan penaklukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun