Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konsep dan Deskripsi dalam Dokumen Gereja "Dei Verbum"

25 Juli 2024   15:12 Diperbarui: 25 Juli 2024   15:15 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.katolisitas.org/konstitusi-dei-verbum/

Secara spesifik, inspirasi juga menekankan kekudusan dan otoritas teks-teks suci, menuntut kehormatan dan penghormatan dalam pembacaan dan penafsirannya. Ini berarti bahwa Kitab Suci harus diperlakukan sebagai Firman Allah yang hidup, relevan sepanjang masa, dan penuh dengan hikmat untuk bimbingan rohani umat beriman.

4.2. Metodologi Tafsir

Metodologi tafsir dalam konteks Dei Verbum mengacu pada pendekatan yang digunakan untuk memahami dan menafsirkan Kitab Suci. Metodologi ini menggambarkan berbagai teknik dan prinsip yang harus dipatuhi agar penafsiran Kitab Suci tetap setia terhadap makna asli dan maksud penulis yang diilhami oleh Roh Kudus.

Prinsip pertama dalam metodologi tafsir adalah memperhatikan konteks historis, budaya, dan literer dari teks yang dikaji. Ini berarti seorang penafsir harus memahami latar belakang waktu, sosial, dan kebiasaan yang melingkupi penulisan teks tersebut. Pengetahuan ini membantu dalam memahami pesan yang disampaikan kepada pembaca asli dan relevansinya terhadap situasi mereka pada waktu itu.

Selanjutnya, metodologi tafsir mengharuskan penafsir untuk mempertimbangkan hubungan antara teks-teks Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Analisis ini dikenal dengan istilah analogia Scripturae, di mana bagian-bagian dari Kitab Suci dijelaskan dengan merujuk pada bagian-bagian lain yang berkaitan. Pendekatan ini menegaskan kesatuan dan kesinambungan pesan ilahi yang terkandung dalam keseluruhan Kitab Suci.

Metodologi tafsir juga harus memperhitungkan tradisi suci dan ajaran gereja. Sebagai bagian dari wahyu ilahi, tradisi suci dan ajaran gereja memberikan penuntun otoritatif dalam proses penafsiran. Penafsir diingatkan untuk tidak mengabaikan panduan yang telah ditetapkan oleh magisterium gereja, karena magisterium bertugas menjaga otentisitas dan integritas ajaran Kitab Suci.

Dengan mengikuti metodologi tafsir yang sistematis dan terarah, umat beriman diajak untuk mendalami Kitab Suci dengan penuh keseriusan, sehingga dapat menemukan kebenaran ilahi yang melekat di dalamnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

4.3. Penafsiran yang Benar

Penafsiran yang benar atas Kitab Suci merupakan aspek penting dalam dokumen Gereja Dei Verbum. Hal ini menegaskan bahwa Kitab Suci harus ditafsirkan secara konsisten dengan maksud asalnya, yang telah diilhami oleh Roh Kudus. Untuk mencapai penafsiran yang benar, para penafsir harus mempertimbangkan beberapa faktor utama.

Pertama, harus dipahami bahwa Kitab Suci ditulis dalam konteks historis tertentu. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji situasi budaya, sosial, dan historis pada saat penulisan naskah. Langkah ini membantu menghadirkan makna asli dari teks tersebut.

Kedua, penafsiran yang benar harus memperhatikan jenis sastra yang digunakan. Teks-teks Kitab Suci mencakup berbagai jenis sastra, seperti narasi sejarah, puisi, nubuat, dan surat-surat. Memahami jenis sastra yang digunakan akan membantu dalam menangkap maksud penulis berdasarkan bentuk sastra tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun