Tradisi Suci mencakup segala sesuatu yang disampaikan oleh para Rasul berdasarkan instruksi langsung dari Kristus atau inspirasi Roh Kudus, yang kemudian diteruskan secara lisan maupun tertulis hingga diterima dalam seluruh gereja. Kitab Suci, di sisi lain, adalah kumpulan tulisan yang diilhami oleh Roh Kudus dan diakui sebagai firman Allah yang tertulis.
Menurut Dei Verbum, Tradisi Suci membantu umat beriman untuk lebih memahami dan menafsirkan Kitab Suci dengan benar. Gereja memandang keduanya sebagai sarana utama untuk menyampaikan wahyu ilahi secara utuh. Dalam praktiknya, Tradisi Suci dan Kitab Suci harus diterima dan dihormati dengan kesetaraan yang sama, karena keduanya membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam mewujudkan wahyu dan menjalankan amanat keagamaan.
Gereja meyakini bahwa tanpa Tradisi Suci, pemahaman terhadap Kitab Suci bisa saja menjadi kurang lengkap dan terdistorsi, sementara tanpa Kitab Suci, Tradisi Suci akan kekurangan referensi tekstual yang mendukung keotentikannya. Oleh karena itu, Gereja selalu menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan harmonisasi antara Tradisi Suci dan Kitab Suci dalam segala aspek kehidupannya.
4. Inspirasi dan Tafsir Kitab Suci
Dalam tradisi dan doktrin Gereja Katolik, konsep inspirasi dan tafsir Kitab Suci merupakan elemen mendasar yang menjelajahi cara-cara Tuhan menyampaikan pesan-Nya kepada manusia dan metode yang digunakan untuk memahami pesan-pesan tersebut. Dei Verbum, salah satu dokumen utama yang diformulasikan selama Konsili Vatikan II, memberikan penekanan khusus pada pentingnya inspirasi ilahi dan pendekatan tafsir yang benar dalam mempelajari Kitab Suci.
Inspirasi Kitab Suci merujuk pada keyakinan bahwa Kitab Suci ditulis oleh penulis manusia di bawah bimbingan dan ilham dari Roh Kudus. Dengan demikian, Kitab Suci tidak hanya merupakan karya manusia tetapi juga secara otentik mencerminkan kehendak dan pesan Tuhan. Konsep ini menegaskan bahwa meskipun teks-teks Kitab Suci ditulis dalam konteks sejarah dan budaya tertentu, mereka tetap relevan dan otoritatif untuk segala zaman dan tempat.
Di lain pihak, tafsir atau interpretasi Kitab Suci memerlukan pendekatan metodologis yang menghargai dualitas antara unsur manusiawi dan ilahi dari teks tersebut. Gereja mengajarkan bahwa interpretasi yang benar harus mempertimbangkan konteks historis, linguistik, dan literer dari teks, sembari juga merujuk pada tradisi gerejawi dan ajaran magisterium Gereja. Pemahaman ini memastikan bahwa interpretasi Kitab Suci tetap setia terhadap makna asli yang dimaksudkan oleh Tuhan, serta relevan untuk situasi kontemporer.
4.1. Konsep Inspirasi
Dei Verbum mengajarkan bahwa Kitab Suci ditulis di bawah inspirasi Roh Kudus. Konsep ini terutama merujuk pada keyakinan bahwa Allah adalah penulis utama dari Kitab Suci, sementara para penulis manusia bertindak sebagai alatNya. Inspirasi Ilahi ini tidak menghilangkan kepribadian dan gaya menulis dari para penulis manusia, namun, memastikan bahwa apa yang ditulis benar-benar merupakan Firman Allah yang bebas dari kesalahan dalam hal iman dan moral.
Dalam Dei Verbum, inspirasi dipahami sebagai tindakan dua arah di mana Allah, melalui Roh Kudus, membimbing dan mengilhami para penulis manusia. Hal ini menciptakan harmoni antara ilham Ilahi dan ekspresi manusiawi. Para penulis Kitab Suci dianggap telah menerima pencerahan dan panduan dari Allah, tetapi mereka tetap menggunakan kemampuan intelektual dan kebudayaan mereka.
Lebih lanjut, inspirasi Kitab Suci mencakup tidak hanya teks-teks individual, tetapi juga kanon Kitab Suci secara keseluruhan. Hal ini memberikan rasa kesatuan dan kekonsistenan dalam pesan penyelamatan Allah yang disampaikan melalui berbagai buku dan surat dalam Alkitab. Oleh karena itu, inspirasi Kitab Suci memastikan adanya kontinuitas dan keselarasan teologis di seluruh narasi alkitabiah.