1.2. Tujuan Dei Verbum
Dokumen Dei Verbum memiliki tujuan yang jelas dan signifikan dalam konteks kehidupan Gereja Katolik. Tujuan utama dokumen ini adalah untuk mempertegas ajaran Gereja tentang wahyu ilahi, yang mencakup Kitab Suci dan Tradisi Suci. Dalam menghadapi tantangan modern yang sering kali meragukan keaslian dan relevansi Kitab Suci, Dei Verbum hadir sebagai panduan otoritatif yang menegaskan kepercayaan Gereja terhadap sumber-sumber wahyu tersebut.
Selain itu, Dei Verbum bertujuan untuk memperkuat hubungan antara Tuhan dan manusia melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang wahyu. Dengan memperjelas cara Tuhan berkomunikasi dengan umat manusia, dokumen ini membantu umat beriman untuk lebih mengenali dan memahami pesan ilahi yang terkandung dalam Kitab Suci dan Tradisi.
Tujuan lainnya adalah memberikan panduan bagi para teolog, pengkhotbah, dan umat Katolik dalam menafsirkan Kitab Suci dengan tepat. Dokumen ini menekankan pentingnya menggunakan metodologi tafsir yang benar agar pesan dalam Kitab Suci dapat diterima dengan tepat dan relevan untuk kehidupan iman saat ini.
Dengan demikian, Dei Verbum sejatinya berfungsi sebagai alat pembaharuan dan penguatan iman umat Katolik, menjembatani kesenjangan pemahaman antara tradisi kuno dan konteks modern, serta menjamin kesetiaan terhadap ajaran Gereja dalam seluruh aspek kehidupannya.
1.3. Struktur Dokumen
Dokumen Dei Verbum, salah satu dari empat konstitusi dogmatis Konsili Vatikan II, terdiri dari enam bab yang secara sistematis menguraikan pemahaman Gereja Katolik mengenai wahyu ilahi. Setiap bab memiliki fokus yang spesifik dan saling berkaitan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai topik tersebut.
Bab pertama, berjudul "Wahyu Ilahi", membahas konsep dasar tentang wahyu, termasuk definisinya dan cara-cara wahyu disampaikan kepada umat manusia. Bab ini juga mengulas hubungan antara Tuhan dan manusia dalam konteks wahyu.
Bab kedua, "Penyampaian Wahyu Ilahi", menguraikan bagaimana wahyu yang diterima dilanjutkan dan dipelihara melalui tradisi suci dan kitab suci. Bab ini menyoroti peran Gereja dalam menjaga dan menafsirkan wahyu tersebut.
Bab ketiga, berjudul "Inspirasi Ilahi Kitab Suci dan Penafsirannya", menjelaskan tentang konsep inspirasi kitab suci dan metodologi dalam penafsirannya. Bab ini menekankan pentingnya pemahaman yang benar dan kontekstual dalam interpretasi kitab suci.
Bab keempat dan kelima secara khusus berurusan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bab keempat menekankan pentingnya Perjanjian Lama sebagai landasan iman Kristen dan caranya ditafsirkan dalam tradisi Kristen. Sementara itu, bab kelima membahas keunikan Perjanjian Baru dan hubungannya dengan Injil.