Sepanjang jalan aku tidak berhenti menangis, sebisa mungkin aku berusaha agar Fadhil tidak tahu bahwa aku sedang menangis.
Bagaimana bisa aku melihat orang yang aku cintai pergi meninggalkanku jauh keluar negeri, untuk 3 tahun, 4 tahun atau bahkan bertahun-tahun.
Setelah Fadhil pergi ke jepang, semuanya berjalan denganberbeda kami tidak saling komunikasi lagi. Dia tidak pernah menghubungi ku lagi. Mungkin dia sibuk dengan tugas tugasnya atau memang dia tidak ingin menghubungi ku lagi. Yang pasti aku mencoba untuk fokus ke kegiatanku sekarang dan mencoba untuk melupakan fadhil yang sudah hampir setahun tidak aku dengar lagi kabarnya.
"Zahra". Bunda datang dengan tiba tiba dan berhasil membuat lamunan ku menjadi buyar.
"Iya bunda,"
"Sedang apa kamu nak?"
"Tidak ada Bun, Zahra hanya rindu duduk santai di taman ini Bun." Aku memang jarang sekali pulang kerumah, karena kampusku berada di luar kota.
"Hmmm, ohya nak, Apakah kamu sudah ada calon?"
"Calon apa Bun? Hehehe. Calon suami? Belum Bun."
"Nak kemarin ada seorang pemuda yang datang kerumah, Ia meminta kepada ayah, untuk melamar kamu. Tapi Bunda tidak yakin kamu akan menerimanya, karena kamu masih sibuk dengan kuliahmu. Ayah juga belum memberitahu apakah kamu menerimanya atau tidak"
"Bunda, kalau dia datang kembali kesini, bilang saja kepadanya, kalau dia benar benar menginginkan Zahra, apakah dia mau menunggu Zahra untuk menyelesaikan kuliah Zahra. Kalau dia bersedia dan dengan izin Allah, Zahra akan menerima pinangannya, setelah Zahra menyelesaikan kuliah."