"Kalau kamu sudah yakin, ayah mana bisa melarang nya. Kan yang kuliah kamu, yang menjalani kehidupan juga kamu, ayah cuma bisa support kamu saja. Ayah izinkan semua apabila itu baik bagimu Ra".
"Baik ayah, terimakasih"
Aku memberani kan diri keluar dari zona nyamanku, aku ambil perguruan tinggi yang lumayan jauh dari kotaku. Aku ingin hidup mandiri, yang biasanya sekolah diantar naik mobil aku ingin ke kampus naik angkutan umum.
"Alhamdulillah ayah, bunda aku keterima di PTN impian ku"
"Alhamdulillah, ini adalah hasil belajar keras mu selama ini Ra."
"Iyya nak, bunda bangga padamu."
Senang sekali hatiku, satu persatu keinginan ku di wujudkan.
'kriing' suara dering pesan masuk ke ponsel ku.
Fadhil sebuah nama yang tertera di layar ponselku. "hah Fadhil? Sudah lama sekali dia tidak menghubungi aku." dalam hati aku bertanya.
"Ra besok aku jemput kamu jam 15.00, harus sudah siap".
Bisa-bisanya setelah lama tidak menghubungi, dia malah mengajakku untuk bertemu. Pandai sekali dia menghancurkan usahaku untuk melupakannya.