“Ayo masuk”
“Jawab dulu, kenapa kita kesini?”
“Masuk Ra, aku bilang masuk”
“ Tapi dil….”
Dia masuk kedalam kafe meninggalkan ku tanpa basa basi. Dingin sekali sikap anak itu. Tidak seperti biasanya. Ada apa dengan dia. Aku menyusul masuk kedalam kafe, mengikuti langkah kakinya. Seperti biasa aku hanya memesan es krim strawberry dan fadhil memesan kopi late kesukaannya.
“Dil…”
“Ra… aku keterima beasiswa di jepang”
Seketika aku tercengang mendengar perkataan fadhil. Air mataku hampir jatuh. Pikiranku malam tadi menjadi kenyataan. Tubuhku diam, aku tak mampu berkata apa-apa. Dipikiranku hanya bagaimana caranya agar air mata ini tidak jatuh.
“ Ra kenapa diam?”
“ Tega ya Dil, tega kamu ninggalin aku sendiri disini. Tega kamu ninggalin sahabatmu disini. Siapa Dil, siapa yang ngajak aku keluar jalan-jalan tanpa tujuan lagi? Siapa yang akan aku susahin nanti Dil? Tega kamu Dil”. Hebat sekali aku bicara begitu sambil tertawa kecil padahal di dalam hati sudah ingin lari dan berteriak.
“ Jadi kamu mau jadi sahabat aku hanya karena aku bisa nuruti mau mu saja ya ra?”