"Enggak dil, emangnya kenapa?" Tanyaku kembali. Aku memang hobi bertanya di atas pertanyaan, Dasar aku.
"Tugas dari pak teguh lusa harus dikumpulkan, nah kamu sudah siap tugasnya?"
"Belum sih"
"Nah bagus, besok pergi ke cafe dekat lapangan bola itu yuk, sekalian ngerjain tugas. Mau tidak?"
"Besok? Mm-mau dong hehehe". Jawabku dengan cengengesan. Sekali lagi, siapa yang bisa menerima ajakan dari orang paling populer di sekolah.
"Okey besok aku jemput jam 14.30, wajib harus sudah siap." pintanya.
"Okey bos." Jawabku dengan semangat.
Semester terakhir di sekolah, rasa-rasanya baru kemarin aku mendaftar disekolah ini baru kemarin juga rasanya aku kenal dengan Fadhil. Seperti biasanya, setiap menginjak semester terakhir semua siswa pada sibuk untuk mempersiapkan diri melanjutkan ke perguruan tinggi. Sama hal nya seperti aku dan Fadhil. Semenjak itu kami pun jarang bertemu selain di luar jam sekolah, bisa di bilang hubungan kami cukup renggang. Kami sibuk dengan urusan masing masing-masing, bahkan sebatas chatingan saja kami jarang.
"Ayah, bunda apa Zahra boleh ambil perguruan tinggi di luar kota?" Tanyaku kepada ayah dan ibu sambil menyantap sarapan di meja makan
"Kamu yakin?" Tanya ayah
"Zahra yakin yah"