***
Mobil kembali melaju kencang di jalan raya. Kali ini menuju pedesaan tempat di mana aku baru memulai membangun sebuah pabrik industri tekstil.
"Anda yakin dengan keputusan ini, Boss? Rumah Dewi tidak sebagus apartemen Anda, lho,"  Black  berusaha mempengaruhiku.
"Dewi? Jadi nama wanita yang mirip denganku itu Dewi? Sialan. Bahkan nama kami pun hanya berbeda satu huruf!" Aku menyumpah.
"Nama Anda Devi...hahaha."
"Diam kau, Black! Hari ini kau terlalu banyak bicara," aku menegur Black.Â
Dan laki-laki bertubuh gempal itu tak berani lagi berkata-kata.
***
Rumah tua milik Dewi tidak seberapa luas. Perabotannya pun sangat sederhana. Tapi it's oke, tidak masalah, cuma beberapa hari aku menjadi dirimu, Nona. Meminjam semua fasilitas rongsokan yang kamu miliki ini sampai tujuanku tercapai.
Seorang perempuan bertubuh gemuk, usia setengah baya, tergopoh menyambutku.
"Kunci kamarmu tadi tertinggal. Bibi menyimpannya," Â wanita tua itu menyodorkan serentetan anak kunci. Aku tertawa dalam hati. Sungguh beruntung nasibku ini. Bahkan wanita gemuk itupun tidak bisa membedakan apakah aku ini Dewi atau bukan.