Mohon tunggu...
elang likaytanjua
elang likaytanjua Mohon Tunggu... -

Aku hanyalah aku dengan apa adanya diriku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sayap Cinta yang Terkoyak

22 November 2018   20:43 Diperbarui: 22 November 2018   21:15 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan masih mengguyur deras sore ini, dan Sisil hanya bisa berdiri diam  seribu bahasa dihalte tempat dirinya menunggu angkutan kota yang akan  mengantarnya pulang dari sekolah. Sekian lama menunggu, setiap angkutan  selalu saja penuh, bahkan tak jarang masih saja ada yang berdiri  dipintu, sementara haltenya semakin banyak orang yang berdatangan  melindungi diri dari terpaan hujan. 

Sisil menatap sinis pada beberapa  orang yang berlarian dari sepeda motor kehaltenya. Kenapasih mampu beli  motor tapi tak mampu beli jas hujan? Bikin halte makin penuh saja.  Rutuknya dalam hati.

           "Hai..!" sapa seseorang disampingnya yang juga berbasah kuyup.

           Sisil menoleh kearah suara tersebut. Sesosok cowok tinggi semampai sudah ada disisinya.

            "Mungkin hujan masih lama ya akan berhenti?" kata cowok disampingnya  sambil menatap hujan. Sisil mulai berpikir, dari pada diam seperti  patung, kayaknya enak juga bila ada teman yang bisa diajak ngobrol  sambil menunggu hujan reda.

           "Iya nih... dasarnya juga musim hujan" katanya menyambung arah pembicaraan lelaki disampingnya

           "Oya... nama saya Kevin" kata cowok itu menjulurkan tangannya dari dekapannya diantara jaket yang menyelimuti tubuhnya

           "Sisil" jawab Sisil menyambut tangan Kevin

           "Nunggu angkutan?" tanya Kevin membuka percakapan.

           "Iya nih... angkutannya penuh terus"

            Kevin... hem, ternyata ada makhluk kiut yang menemaninya diantara dera  hujan yang mengguyur kotanya, rambutnya yang lurus serta menutupi  telinganya yang basah acak-acakan semakin menambah ketampanannya, tulang  rahangnya yang menonjol memperlihatkan kegagahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun