"Kamu kedinginan ya?" seakan tahu perasaan Sisil yang mendekap tasnya  erat sambil menggigil. Dan Sisil hanya tersenyum.
      Cowok itu melepaskan jaketnya dan katanya:
      "Pakai nih! Biar nggak terlalu dingin" Sisil menatap lekat kematanya, ada keraguan menyelimuti hatinya.
      "Pakai saja, ndak papa. Kamu keliatan kedinginan dengan hanya memakai  seragam Osis itu." Sekali lagi Sisil masih ragu untuk menerimanya.  Kenapa dia begitu akrab? Padahal baru saja mengenal dirinya. Dan Sisil  masih saja enggan menerimanya. Hingga cowok itu memakaikannya dipunggung  Sisil. Sisil tersenyum dengan tingkah cowok disampingnya.
      Hari semakin sore, hujan sudah mulai reda hanya tinggal gerimis dan  halte sudah mulai kosong. Sebuah angkutan distopnya.
      Sisil berusaha melepas jaketnya, tapi Kevin memegangi jaketnya.
      "Pakai saja, Hujan masih turun!"
      Sisil menatap sinar ketulusan dimata cowok itu. Dan cowok itu mengangguk tersenyum menjawab keraguan hati Sisil.
      "Makasih ya Vin. Besok aku kembalikan, kamu tunggu di halte" kata Sisil  memasuki angkutan dan Kevin mengiringinya dengan senyuman. Hatinya  berbunga. Ternyata masih ada orang baik didunia ini, atau wajahku memang  tidak menyiratkan jahat hingga orang itu percaya begitu saja memberikan  jaketnya. Sisil tersenyum sendirian dalam angkutan yang berjalan  menerobos hujan tak mempedulikan orang-orang yang melihatnya. Hari ini  ia merasa indah, ternyata hujan juga membawa berkah.
      Jam pelajaran selesai. Sisil bergegas menuju halte, tidak untuk  mengejar angkutan dan takut hujan keburu turun, tapi hatinya berharap ia  menemui Kevin. Jaketnya sudah kering, dan terlipat rajin. Halte masih  sepi. Sisil duduk menunggu Kevin. Beberapa orang datang lalu kemudian  pergi lagi menaiki angkutan yang menjemputnya. Sisil masih diam  menunggunya. Angannya melayang-layang dan hatinya berdegup lebih  kencang. Sudah satu jam Sisil menunggu Kevin, langit sudah mulai gelap,  berarak-arak mendung memayungi kotanya. Sisil menatap cemas kearah  langit yang gelap. Dan setetes demi setetes air mulai turun hingga  akhirnya membentuk hujan. Sisil berdiri menatap tak percaya hingga suara  seseorang mengagetkan lamunannya.
      "Hai Sil.. nunggu aku ya?" tanyanya dengan senyum mengembang.