"Hemm mbel.." lalu mereka tertawa. Ada kehangatan diantara hujan yang  mengguyur, ada keriangan hinggap dihati, dan ada sesuatu yang mulai  mekar dijiwa. Hingga sebuah Honda Civic metalik berhenti dihadapan  mereka. Keduanya diam dan menatap sedan yang kacanya perlahan mulai  terbuka, sesosok bapak tua mengintip dan..
      "Den... !" lelaki itu memanggil Kevin
      "Ayo aku antar kamu pulang" kata Kevin menatap Sisil.
      "Tapi..." Sisil mnjawab bingung.
      "Ayolah..." kata Kevin menggandeng Sisil, menerobos hujan lalu membuka  pintu sedan itu. Sementara Sisil seperti terhipnotis, ia hanya  menurutinya dan tidak punya kemampuan untuk menolak. Kevin menutup  pintunya memandang beberapa orang dihalte yang masih menatapnya.
      "Pak Jono, nganter Sisil pulang dulu ya?"
      "Iya den" jawab Pak Jono singkat lalu sedan perlahan mulai merangkak  pelan kemudian berlari menerobos hujan yang mengguyur. Sisil masih diam  terpaku disamping Kevin.
      "Hei... jangan ngalamun" kata Kevin mengagetkan Sisil.
      "Kamu takut ya, kalau-kalau aku penjahat yang mau nyulik kamu?" Kevin  membuka percakapan. Dan Sisil mencubit pinggang Kevin hingga menyeringai  kesakitan.
      Sejak saat itu, hari-hari Sisil serasa indah. Ada Kevin yang mengisi  hari-harinya. Cowok ramah dan baik hati, kata-katanya selalu membuat  Sisil tersenyum, namun sorot matanya menyimpan sesuatu yang misterius.  Malam minggunya nggak lagi sepi, Kevin selalu hadir dengan seuntai bunga  yang selalu disembunyikan dibalik punggungnya. Hari-harinya dilalui  dengan keindahan. Kadang Kevin mengajaknya jalan ketika hari minggu  datang untuk sekedar shoping. Dan Kevin selalu saja menjadi sosok  makhluk yang baik. Adik-adik Sisil dan orang tuanya tak pernah terlupa  untuk sekedar dibelikan bingkisan ketika setelah seharian mereka  berkeliling dengan sedan yang selalu setia menamaninya. Sisil tak pernah  menyalahkan siapa-siapa jika ia menjalin cinta dengan Kevin, cowok  tampan dan kaya. Ketika ia merasakan getar dihatinya pada pertemuan  pertama di halte ia tak pernah menduga kalau Kevin adalah seorang anak  orang kaya. Dan karena itu Sisil mencintainya bukan karena ia kaya.  Seandainya Kevin hanya seperti dirinya yang hidup sederhana, ia tetap  akan mencintainya setulus dan sesuci cintanya. Meski Kevin selalu  mengalihkan pembicaraan ketika Sisil bertanya soal sekolahnya, itu tak  membuatnya berkurang untuk menyayanginya. Hingga akhirnya prahara itu  datang.
      Sore hari di akhir pekan diawal liburan semester yang sejuk. Seharian  hujan tak mengguyur kotanya. Matahari  mulai tenggelam dan menyiratkan  cahaya jingga dibalik pegunungan yang mengelilingi kampungnya. Angin  sejuk berhembus membelai rambut Sisil yang duduk diberanda dan asyik  membaca Conan. Sedan Kevin datang dan memarkir mobilnya dibawah pohon  mangga. Sisil berdiri menyambutnya, namun ketika Kevin membuka pintu dan  keluar, Sisil menemukan raut wajah Kevin yang berselimut mendung,  dipunggungnya tak tersembunyi suntai bunga seperti biasanya.