Mohon tunggu...
elang likaytanjua
elang likaytanjua Mohon Tunggu... -

Aku hanyalah aku dengan apa adanya diriku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sayap Cinta yang Terkoyak

22 November 2018   20:43 Diperbarui: 22 November 2018   21:15 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           "Mamaku..."

           "Mamamu kenapa?"

            "Sejak aku mulai bolos dari Primagama, mama mulai curiga, dan setelah  dia mencerca Pak Jono dengan pertanyaan-pertanyaaan seputarku akhirnya  mama tahu kalau aku menjalin hubungan denganmu Sil..."

           "Apa mamamu nggak mau kita pacaran?"

            "Mama bukannya nggak merestui kita Sil... dulu mama nggak pernah  melarangku berpacaran, bahkan mama selalu tersenyum ketika pacarku  menelpon kerumah. tapi dengan kamu Sil...." Kevin menghentikan  kata-katanya, air matanya tak tahan lagi untuk dibendung. Laki-laki yang  ia kenal perkasa itu kini duduk dihadapannya dengan air mata yang  berurai. Sisil meraih Kevin dan memeluknya. Air mata yang terus mengalir  dipipi Kevin membasahi jilbab dan dadanya. 

            "Kenapa Vin?... Kenapa mamamu menentang hubungan kita Vin? Padahal mamamu  sebelumnya tak pernah menentang hubunganmu dengan gadis lain. Kenapa  Vin?" Mata sisil yang tak kuasa menahan air matanya.

            "Denganmu Sil... mama melarangku untuk menemuimu, mama mengancamku untuk  mengirimku keluar negeri jika terus berhubungan denganmu, bahkan mama  sudah mulai berani menamparku ketika aku membelamu"

           "Kenapa Vin? Kenapa mamamu melarang? Apakah aku hanya orang yang tak punya?"

            "Bukan Sil... bukan karena itu. Tapi sejak aku menjalin cinta denganmu  aku mulai tak aktif di gereja" bagaikan petir yang menyambar telinga,  Sisil terhentak dan melemparkan pelukannya mendengar jawaban yang  mengagetkan itu. Sisil mengatupkan kedua telapak tangan dibibirnya  menahan isak yang hampir meledak. Air matanya mengalir deras diiringi  gelegar petir yang menyambar dan membawa derasnya hujan. 

           "Maafkan aku Sil..." Kevin berusaha merajuk

            "Maafkan aku yang tak pernah berterus terang padamu Sil..." Sisil  berusaha menghindar dan menjauh lalu berlari masuk kekamarnya, tak  dihiraukan Kevin yang memanggil-manggil:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun