“Tetapi!” Dengan nada tinggi, Dewi seperti tersentak tanpa bisa melanjutkan kata-katanya lagi.
“Sepertinya!” aku menyela katanya yang terputus tidak berujung meski rasanya lidahku kelu dan berat untuk dapat melanjutkannya kata-kataku.
“Seperti apa Dewa?” Balasnya seperti tidak sabar ingin segera tahu kalimatku yang belum selesai itu.
“Perlu kau tahu, a..ku tidak pernah merasakan, rasa yang saat ini kurasakan!” aku memerlukan dorongan luar biasa untuk mengatakannya.
“Rasa yang membuatku selalu bahagia, meski sekadar melihatmu saja,”kataku terasa berat. Hatiku terdorong kuat sekali ingin mengatakan apa adanya. Dan terasa badan melayang layang ringan keudara setelah meluahkan semuanya