“Meskipun gadis itu menurutku sudah sangat terasa cocok, tetapi tetap kutahan sekuat tenaga rasa itu!” kata-kataku mulai teratur pelan menjelaskannya.
Setiap menghadapi situasi yang sama. Seperti saat ini bersama Amarilis Dewi. Segera terbayang aku akan pesan emak.Beliau suatu ketika pernah menceritakan rahasia terbesarnya. Dan merupakan pesan penting khusus buatku. Bagiku cerita rahasiaku yang seharusnya kusimpan rapat.
Sebuah cerita yang disampaikan saat aku beranjak remaja sekitar umur 13 tahunan. Saat itu, banyak hal informasi dari emak masih banyak yang belum kumengerti. Tetapi akhirnya aku dapat mengambil kesimpulan. Bahwa aku harus berusaha sekuat tenaga untuk menutup hatiku kepada lawan jenisku. Ditujukan terutama untuk kebaikanku dan gadis yang menyukaiku. Meskipun akhirnya pasti mereka tidak akan bisa memahami alasan-alasan yang diberikan.
Sekali lagi emak dengan tegas memintaku untuk sekuat tenaga menghindari jatuh cinta kepada gadis yang menyukaiku.
“Janganlah kau mencintai seorang gadis, Nak!” muka emak pucat pasi saat menyampaikannya. Bagiku sebuah pesan yang sangat tidak masuk akal, sekaligus seperti betapa seriusnya masalah yang sedang dihadapinya.
“Emak ini!, asalnya dari negeri kebanaran[2]”