“Aku juga mau cicipi makanan Indonesia ah,” seloroh Lek.
“Mi tong! Kamu janji pagi ini ambilkan laptop di rumah adikku di Lamphun. Nggak boleh batal!”
“Hehehe…..cemburu ya!”
“Iya. Memangnya kenapa! Eh, power bank pesananku kamu bawa, nggak?” tanya Dang.
“Ya, ini kubawakan!” Lek menyerahkan power bank pesanan Dang.
***
Nut minta Mirza memarkir motor tak jauh dari pasar lokal yang berjual sayuran dan bahan-bahan makanan. Di mata Mirza, sinar matahari pagi makin membuat Nut segar dan indah. Ingin sekali Mirza terus menatap sepasang mata indah di bawah tudung topi yang dikenakan Nut dan sepasang kaki jenjang bersih dengan potongan shorts jeans jauh di atas lutut itu
“Kamu kelihatan senang sekali. Beda sekali dengan saat malam terakhir kursus,” ucap Nut.
“Well, ya, saya senang Kru Nut mau saya buatkan makanan Indonesia. Ini apresiasi saya buat guru pintar macam Kru Nut. Saya jadi tertarik pingin jadi guru bahasa Indonesia, ambil kuliah jurusan bahasa Indonesia dan mengembangkan kursus bahasa Indonesia buat orang asing di Indonesia,”
“Ah, kau terlalu banyak menyanjung. Kamu sendiri, basically, pemuda yang cerdas bahasa; jadi mudah mengerti bahasa Thai”
“Maaf, saya tanya. Apa kabarnya Olivier?” tanya Mirza.