"Baiklah bila itu yang Mas mau, aku tak menolak. Mari kita lakukan. Akhiri saja semua ini!" Ucapnya sambil berpaling, tak ingin terlihat menyedihkan.
"Tapi, aku harap kita urus setelah wisuda Ajeng. Karena aku tak ingin kita pergi dengan keadaan bercerai di hari bahagia itu."Â
Alin mengerti Hamzah paling menyayangi kedua putrinya, ia hanya beralih menuju kamarnya. "Terserah mas saja."Â
....
Lama termenung pada kaca gedung Hamzah tak menyendok apapun dari piringnya.Â
"Zah, kenapa kau!" Ucap temannya sambil menepuk bahunya keras.
"Ah kau ini, tak apa hanya tak berselera aku."Â
"Makan lah untuk membuatmu tetap hidup." Candaan temannya hanya membawa sesenti senyum dari mulutnya.Â
'tring...tring...' bunyi dering handphone membuyarkan lamunan Hamzah, ia tak lagi menyendok sotonya.Â
"San, bayarkan sotoku ini uangnya, aku izin ada urusan penting!" Wajahnya kalut tak terbaca hanya berlari dengan kecepatan penuh.
Yang ditinggali uang terbingung, "Zah.. sayang sotomu tak makan e lah!" Ucapnya sambil menyeret mangkuk mendekat. "Lumayan hehe.. beli satu gratis satu."Â