Dengan panik Alin menyahut segala kerudung tanpa berpikir cocok kah warnanya dengan bajunya, tanpa menimbang bagaimana kini keadaan wajahnya apakah sedap dipandang atau tidak. Dengan kalut walau burung hantu sudah berkokok di tengah malam ia menerjang segala ketakutannya kepada makhluk halus yang konon muncul di waktu begini. saat ini ia hanya memikirkan suaminya.
"Mas Wawan!" Ucapnya gopoh dengan wajah yang masih bengkak akibat tangis.
"Lin!" Wawan berdiri dan berusaha menenangkan Alin yang tergesa-gesa. Sepertinya bahkan ia tak ingat untuk bernafas.Â
"Mas Hamzah dimana?"Â
Wawan menunjuk ranjang yang masih tertutup kelambu karena sedang dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan. "Tenang Lin, Hamzah tidak apa-apa tadi katanya sepertinya tensinya naik jadi dia pingsan tapi masih dilakukan pemeriksaan lanjutan itu."
"Ya Allah mas, terima kasih. Alhamdulillah mas ketemu sama mas Hamzah, kalau tidak bagaimana kalau dia pingsan tidak diketahui orang!" Ucapnya sambil sesenggukan dan derai tangis.Â
Wawan menyuruh Alin duduk dan menunggu dengan menenangkan diri dulu. Keduanya terduduk sama-sama memikirkan pasien bernama Hamzah yang tengah diperiksa. Tak lama perawat mengatakan kondisi Hamzah masih belum stabil. Ia hanya mengalami hipertensi saja, untuk saat ini Hamzah harus menginap di rumah sakit. Jika besok pagi tensinya sudah membaik ia diperbolehkan pulang.Â
"Mas Wawan pulang saja dulu, Mbak Dina pasti mencari Mas. Terima kasih sudah mengantar Mas Hamzah, saya akan disini menunggunya siuman."Â
"Baiklah, Lin, kalau ada apa-apa telepon aku ya!" Ucapnya khawatir kepada istri temannya.Â
"Iya mas, terima kasih sudah mau direpotkan."Â
Ucapan terima kasih Alin dibalas senyum dan anggukan dari Wawan. Ia kemudian berlalu dan pulang mengendarai carry nya.Â