Mohon tunggu...
Dyah R.
Dyah R. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berguguran Daun Senja itu

8 Desember 2024   18:42 Diperbarui: 8 Desember 2024   19:16 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari bertambah setelah kesadaran Alin, ia mulai diperbolehkan untuk duduk makan dan perenggangan diatas kasur. Hamzah yang sangat telaten mengurusnya ia memandikan dan menyuapinya makan bahkan ia membersihkan kotoran Alin setelah ia BAB. Rasanya dia malu pada suaminya yang telah merawatnya tanpa jijik. 

'Srek...' tirai pasien sebelah dibuka. Seperti biasa memang nenek Sutiyah sangat senang berbincang dengan Alin, terkadang ia ikut mendengarkan lantunan ayat suci yang dibaca oleh Hamzah untuk Alin. 

"Nduk Kirana..." Sapa nenek sebelah pada Alin.

"Nggih nek?" Sahut Alin, meski bukan nama aslinya yang ia dengar. Nenek itu sedikit pikun ia selalu merubah nama panggilan Alin dengan panggilan putri-putri zaman kuno. 

"Kamu itu beruntung sekali punya suami seperti dia. Orang nya baik sekali, Sholeh pula. Dia tidak ada perhitungannya bolak balik rumah sakit dan rumah, memandikan mu dan menjagamu. Nenek doakan kalian langgeng dunia akhirat Aamiin ya Allah" Ucap nenek dengan bahagia dan senyum. 

"Aamiin nek ..." Ucap Alin dengan tersenyum getir. Ia berpikir atas apa yang sudah mereka sepakati untuk bercerai. Bagaimana mungkin mereka bisa langgeng dunia akhirat. Sedang dunia saja mereka sudah mau berpisah. 

....

Sehari sudah setelah kepulangan Alin ke rumah, kini ia mulai berpikir apa yang akan terjadi dalam rumah tangganya. 

"Mas ... Mas Hamzah." Panggil Alin sambil mengetuk pintu kamar Hamzah. 

"Lin, kenapa kamu kemari, kan bisa panggil mas dari kamar saja." Ucap yang dipanggil dengan khawatir.

"Kita makan di luar yuk Mas, mau ke kafetaria yang dulu kita kesana." Ucap Alin memohon sambil menampakkan senyumnya yang paling manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun