Tantangan di Masa Pandemi Covid
Sejak Indonesia dilanda wabah Covid-19, satu per satu anak-anak atresia bilier berguguran. Pemandangan itulah yang membuat Sartiani sempat berpikir apakah Arsya sampai transplant atau tidak, atau sampai pandemi selesai, anaknya tertolong.
"Saya selalu cari tahu informasi tentang program transplant, kapan program itu dibuka. Dan pihak rumah sakit juga belum ada kepastian," kata Sartiani.
Sebelum pandemi, Sartiani selalu rajin ke RSCM untuk pemeriksaan Arsya, meningkatkan nutrisi, dan pemeriksaan yang lain-lain. Saat pandemi, tentu aktivitas itu dibatasi.
Sebisa mungkin, Sartiani mengurangi bepergian ke RSCM jika itu tidak urgent.
"Yang penting, obatnya tidak putus. Saya usahakan sebulan sekali pergi ke RSCM," ucapnya.
Setiap hari, saat pandemi, Sartiani merasa waswas. Program transplant hati adalah jalan terakhir yang akan menyelamatkan hidup anak atresia bilier. Jika program ini ditunda, artinya harapan hidup pun kecil.
"Saya maklum, memang anak kami butuh penanganan, Cuma covid ini kan seluruh dunia, jadi saya tidak mungkin egois, saya berpikir positif," jelasnya.
"Saya ingin anak saya sehat, hanya saja yang lain juga ingin sehat, seluruh dunia juga ingin sehat, ingin terbebas dari covid dan saya ikhlas," kata Sartiani.
Karena sudah melihat perjuangan anak-anak yang lain, imbuh Sartiani, dan sudah sejauh ini, sudah selama ini di sini kalau dirinya masih egois alangkah malunya.
Sartiani mengaku sangat terdampak dengan adanya pandemi Covid-19. Ini terkait proses penyembuhan Arsya.