Dari perawatan usai operasi, pasien harus di ruang khusus, tidak boleh terkena infeksi.Â
Tidak hanya saat operasi, tapi setelah operasi juga. Pasien setelah operasi juga harus minum Imunosupresan. Ini untuk menekan respon imun.
"Dalam kondisi ada covid, susah prosedurnya. Khawatir kena infeksi. Kalau gagal akan merugikan semua. Tidak transplant bisa meninggal, transplant juga bisa meninggal," ucap Prof Hanifah.
"Kalau ada yang meninggal kami juga sedih, karena transplant tidak berhasil," katanya.
Yayasan Rumah Satu Hati mengeluarkan data, sekitar 40-an anak atresia bilier meninggal dari Januari -- Agustus 2020.
"Itu yang terdata di kami. Kemungkinan, angkanya bisa lebih," kata Hery Aldian, pengurus Yayasan Rumah Satu Hati.
Juli 2020, kemarin, lanjutnya, anak-anak atresia bilier banyak yang meninggal. Bahkan Ambulance milik Yayasan Rumah Satu Hati belum sampai Jakarta, sudah ada yang meninggal lagi. "Sampai kami harus pinjam ambulance," kata Hery.
Yayasan Rumah Satu Hati -- untuk saat ini -- memang menjadi satu-satunya lembaga yang concern mendampingi anak-anak dengan atresia bilier.
Bahkan yayasan tersebut sudah memiliki rumah singgah khusus anak-anak atresia bilier. Rumah ini diberi nama, Rumah Singgah Pejuang Hati.
Saat ini, ada 5 anak atresia bilier yang tinggal di Rumah Singgah Pejuang Hati. Total kamar yang dimiliki ada 7. Bangunan ini memiliki 2 lantai. Di lantai 1 ada 3 kamar, dan di lantai 2 ada 4 kamar.
Salah satu penghuni Rumah Singgah Pejuang Hati adalah Arsya dan kedua orangtuanya.