"Bu ada apa bu?" Tanya Beni yang muncul dari dapur
"Itu nak, ada yang merusaki lahan sayur pa RT dan warga. Bahkan sampai mencuri sayur lagi" Jawab ibunya
"Kasihan ya bu. Mudah-mudahan pencurinya bisa segera ketemu ya bu"
"Iaiaia juga nak. Kalau gitu ibu masakin sayur buat ayah kamu dulu ya"
"Baik bu. Beni juga mau berdoa dulu. Naldi sini ikut sama kaka" Beni mengajak adiknya berdoa. Sebagai adik yang baik, Naldi nurut saja sama ajakan kakaknya.
Pagi berikutnya, Beni seperti biasa mengisi jeriken kosong di mata air untuk mengisi tong-tong di rumahnya. Sebelum pulang, ia selalu melihat saluran air yang pernah ia buat. Tetapi kondisi pagi ini sangatlah buruk. Banyak sampah yang menyumbat di saluran air tersebut. Baik rumput, bebatuan, dan bahkan sampah plastik.
"Astaga, kenapa separah ini?" Kata Beni dalam hatinya.
Ia kemudian membersihkan sampah sepanjang saluran air. Lumayan banyak sampah yang menyumbat saluran tersebut, yang membuat air mengalir keluar dari saluran yang ia buat. Namun tiba-tiba ia disergap dari belakang hingga Beni tidak bisa bergerak dan hanya bisa meronta dan berteriak.
"Lah ini siapa? Jangan culik aku om. tidak berbuat hal yang aneh"Beni memohon dengan air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya.
"Ohh ternyata ini dia pencuri yang sudah rusakin lahan Pa RT dan warga. Kamu Beni kan? Anak yang tinggal di gubuk dekat sini?" Tanya Pa Ari.
Beni ingat betul dengan Pa Ari. Yang dulu pernah ribut-ribut dengan beberapa orang karena masalah air.