"Ibu, Beni ada di rumah Pak RT bu. Dia ditahan karena dituduh mencuri dan merusak lahan warga" Jawab Bu Aty.
Ibunya yang mendegar hal ini langsung syok dan terduduk lesu di tanah. Perlahan air matanya jatuh membasahi pipi. Jiwa tegar yang selama ini selalu ia tunjukkan runtuh seketika, ketika mendengar anaknya ditawan di rumah Pak RT.
"Bu, ayo berdiri bu, saya temani ibu ke rumahnya Pak RT" Tawar Bu Aty
Dengan tenaga yang tersisa, ibu Beni berusaha untuk berdiri dan berjalan meski tergontai.
"Bu, ayo kita ke rumah dulu. Saya mau pamit ke suami saya dulu ibu" Kata Ibu Beni
Mereka berjalan pelan dengan Ibu Beni di topang oleh Bu Aty. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Namun ia tahu, ibu akan tetap menangis ketika mendengar anaknya disakiti.Â
Namun sesampainya di rumah, ia melihat isi rumah yang sudah porak poranda seperti sudah dibongkar oleh seseorang. Ia tidak mempedulikannya dan langsung menghampiri suaminya yang masih terbaring lemah di ranjang karena tidak mampu membiayai pengobatan rumah sakit. Ia berpamitan ke suaminya dan juga Naldy.
"Nak, kamu jaga ayah kamu ya" Kata ibunya kepada Naldi dan kemudian berlalu.
Ia dari jauh sudah melihat bahwa sudah begitu banyak orang yang berkerumun di sekitaran rumah pak RT. Ia tidak bisa membayangkan anaknya dikelilingi oleh begitu banyak orang dan semua menuduhnya sebagai pencuri. Ia hanyalah anak kecil yang belum mengerti apapun tentang dunia ini.Â
Dia menyusup di antara kerumunan orang dan langsung memeluk anaknya yang tergontai di lantai seperti tak berdaya. Ia mendekapnya sebagai seorang ibu yang sangat tahu apa yang dialami anaknya saat ini. Ia memeluknya, melindunginya dari serbuan banyak orang, banyak tuduhan yang mengarah ke anaknya yang masih belum mengerti apa-apa tentang dunia ini.
"Pak tolong berhenti pak, anak saya tersiksa sekali pak" Ia memohon kepada Pa RT dan orang-orang yang berkerumun di situ. Tetapi semua sama sekali tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh ibunya. Malahan mereka semakin menuduh Beni dengan hal yang tidak-tidak.Â