Mohon tunggu...
Diyanah Sidin
Diyanah Sidin Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Anak Humas di UPI YAI. InsyaAllah akan jadi HUMAS, kalo udah wisuda. Jadi Humas beneran....wkwk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | "P Love P"

9 Februari 2018   00:36 Diperbarui: 9 Februari 2018   00:41 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepat jam 12 malam, terdengar suara kegaduhan diantara rumah pemukiman. Suara itu berasal dari rumah yang terlihat damai tapi menyimpan rahasia. Ini bukan pertama kali terdengar suara kegaduhan saat tengah malam, tapi peristiwa ini terjadi sudah 3 tahun belakangan. Kegaduhan ini terjadi antara suami-istri yang sedang berselisih. Peristiwa ini sudah tak mengherankan lagi bagi tetangga sekitarnya, walaupun saat pertama kali tetangga sempat melerai. Tapi sekarang sudah tidak, karena keadaan keluarga ini yang tertutup sehingga segan bagi tetangga untuk berbicara.

"Sudah berapa kali kamu pulang malam ?", sang suami berbicara geram sambil menutup pintu.

"Apa urusanmu peduli padaku", Sang Isteri menjawab sambil berjalan dengan muka tak perduli.

Setelah Isteri nya menjawab, seperti itu. Laki-laki berumur 35 tahun langsung menarik tangannya dan berbicara menggentak.

"Eh, Aku ini suamimu. Bisakah kau hormat padaku, bisakah kau menjadi ibu yang baik untuk anakmu. Kau selalu pulang malam dan saat kau bangun pagi anakmu sudah berangkat sekolah. Apakah kau tahu apa yang ia inginkan saat ini?"

"Aku tahu, sudahlah tolong lepaskan tanganku. Aku ingin tidur,aku sudah lelah."

Dengan seketika laki-laki itu mencekik dan mendorongnya kelemari pajangan dengan kuat sehingga beberapa barang pajangan ada yang terjatuh, lalu sang suami berkata dengan suara tinggi.

"Aku selalu bersabar dengan keadaanmu selama 3 tahun belakangan ini. Tapi cukup bagiku. Aku sudah muak. Dan aku ingin bertanya padamu, Apakah kau masih menganggapku sebagai suami mu, Apakah kau masih menganggap putri sebagai anakmu?"

"Jawab!" Suami itu menggentak lagi. Tapi tidak respon dari Isterinya. Dia tetap tidak peduli meskipun tercekik. Seperti sudah setengah gila dipikirannya.

"Aku selalu memberikanmu lebih dari penghasilanku, aku tak menuntut apapun sebagai suamimu. Dan aku biarkan kamu tak mengurusi keperluan anak kita Putri. Kau selalu berangkat jam 8 dan pulang tengah malam dengan alasan kerja. Tapi kemana uangmu? Sudah cukup, dan sekarang kau pergi dari rumah ini?"

Seketika itu, sang suami langsung melepaskan cekikannya dan membanting isterinya kelemari pajangan. Dengan muka penyesalan, dia duduk dikursi sambil menunduk. Dan sang isteri berjalan ke kamar dan mengambil beberapa baju-baju nya dan ia taruh koper. Lalu ia pergi dengan langkah yang cepat, dan sang suami langsung berangkat dari tempat duduknya seraya berteriak.

"Pergi kau yang jauh, kuharap jangan kembali. Aku senang kau pergi !!"

GUBRAK,,,  laki-laki itu langsung membanting pintu rumahnya, lalu menguncinya dan berjalan menuju kamar anaknya. Dengan berlinang air mata dia mencium kening anaknya. Dan tiba-tiba anaknya terbangun dan berkata kepada ayahnya dengan polosnya.

"Ayah kenapa? Kok ayah menangis?"

"Tidak, ayah tidak menangis, ayah hanya kelilipan." Ayahnya menjawab sambil memegang matanya dan mengelapnya.

"Ayah bolehkah aku bertanya ?"

Dan ayahnya menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa ia setuju.

"Tadi aku mendengar sedikit ayah dan ibu bertengkar. Kenapa ayah menyuruh ibu pergi? Dan kemana ibu pergi?

Ayahnya menjawab agak lama, sambil menatap muka anak nya yang masih polos, yang masih berumur 8 tahun.

Hening,,,,,

Dan menjawab,,

"Ibu pergi jauh dan ibu takkan kembali."

Seketika itu laki-laki itu langsung memeluk anaknya dengan air mata berlinang sambil berkata..

"Kuharap kamu jangan lngat ibu. Ayah adalah ibu. Jadi, jangan kamu tanyakan ibu lagi."

"Aku mengerti ayah"

Hening.....

******6 Tahun Kemudian******

Terlihat seorang gadis tomboy sedang berjalan menuju rumah dengan penampilan rambut dipotong 'bondol' seperti laki-laki. Teras demi teras telah ia lalui dan sekarang ia menuju dapur menemui seorang pria paruh baya yang sedang memasak nasi goreng dan tiba-tiba mengagetkannya sambil memegang bahu pria itu.

"DOOR !!"

"Astaga !" Pria paruh baya itu langsung melepas codet nasi dan menoleh kebelakang.

"Ayah gimana rambut baruku." Gadis tomboy berbicara sambil memperlihatkan rambutnya.

"Kamu bikin kaget aja, bagus sih tapi kenapa harus dibondol, putri ?"

"Ayah gak suka ya..?"

"Suka-suka, tapikan besok senin kamu hari pertama disekolah baru. Kamu gak malu dibondol." Ayah berbicara sambil menggoreng goreng nasinya.

"Tidak, aku nyaman. Tapi keren kan" Putri berbicara sambil mengerutkan dahinya berkali-kali.

"ya sudahlah, keren. Yang penting seneng."

"Ayah..." Putri berbicara dengan manja sambil memeluk ayahnya dari belakang, tak peduli ayahnya sedang masak sambil berbicara.

"Tega sekali, Ayah berbicara seperti itu. Aku kan ingin seperti ayah."

"Ayah hanya becanda ko, haha....!"

Terlihat suasana keakraban antara ayh dan anak peremuannya. Begitu harmonis yang tercita, tidak ada batasan antara ayah dan anak, tapi tetap menghormati.

***                                                                                                                           

Tepat pukul 06.30 pagi, Bel berbunyi disekolah yang bernama SMA Citra Bangsa. Anak-anak berlarian dilapangan maupun plataran kelas, meskipun ada saja yang berjalan santai meski bel sudah berbunyi.

Putri yang menjadi siswa baru di SMA Citra Bangsa, datang 5 menit setelah bel, dengan diantar ayahnya. Mereka berjalan menuju ruang Kepala Sekolah dulu.

Setelah berbincang kurang lebih 15 menit untuk memberitahukan kelanjutan tentang kepindahan putri Kesekolah dengan Kepala Sekolah. Akhirnya Putri diantar Kepala Sekolah berjalan menuju kelas yang akan ditempati Putri, Yaitu kelas X 4, dan akhirnya tiba dikelas X 4.

"Tok,tok,tok" Kepala Sekolah itu mengetok pintu kelas dan disambut oleh guru perempuan yang sedang mengajar dikelas X 4 dengan menghampiri Pak Kepala Sekolah itu dan berkata

 "Ada apa  Pak?"

"Ini Bu, ada siswi baru namanya Putri. Tolong perkenalkan siswi ini dikelas X 4 ini. Terima kasih Bu."

"Baik Pak" Guru perempuan dengan memakai kaca mata berbicara sambil menganggukan kepalanya.

"Ayo Putri masuk kelas ini" Guru itu berbicara sambil merangkul pundak Putri menuju depan kelas untuk memperkenalkan diri, Ibu Guru memberi pengumuman sedikit kepada anak-anak.

"Perhatian anak-anak, dikelas ini ada siswi baru, tolong perhatikan sebentar. Ayo silahkan put..."

Hening.....

"Halo semua, nama saya Putri Amanda. Saya pindahan dari Bandung, dari sekolah Harapan Indah. Terima Kasih"

Setelah berbicara seperti itu, Putri langsung memalingkan wajah ke Gurunya, sebagai tanda bahwa ia sudah selesai.

"Ada yang mau bertanya apapun tentang Amanda?" Tanya Guru kepada anak-anak.

Hening.....

"Baiklah, kalau tidak ada yang bertanya. Putri kamu duduk dibaris paling pojok itu yang kosong disebelah Pamela."

"Baik Bu," dan Putri berjalan menuju bangkunya. Ia duduk disebelah cewek yang sangat feminim, sedangkan ia tomboy. Sesampainya ia dibangku itu, ia langsung duduk dan berkenalan sebentar oleh teman sebangkunya.

"Hai, aku Putri" Putri berbicara dulu sambil menyodorkan tangannya.
"Aku Pamela"

***

Waktu berjalan begitu cepat, sudah 5 bulan Putri bersekolah disitu. Putri pun sudah akrab dengan teman sekelasnya terutama teman sebangkunya yaitu Pamela. Seringkali mereka belajar bersama dirumah Putri atau Pamela dan hang out bareng di mall.

Dan saat disekolah mereka selalu bareng untuk jajan ke kantin dan bercanda bareng. Karena Putri sekolah membawa motor, jadi mereka selalu pulang bareng.

***

Tiba-tiba Handphone itu berdering ditengah malam, karena berdering terus, akhirnya diangkat oleh Putri dengan muka ngantuk dengan melihat layar handphone dan ternyata Pamela yang mnelpon. Putri kaget, tengah malam tiba-tiba pamela menelpon. Biasanyakan selalu Putri yg menelpon duluan. tanpa pikir panjang lagi ia langsung tekan tombol hijau dihandphone dan berkata.


          "Halo, Pamela. ada apa?"

Untuk kedua kali putri dibuat kaget lagi, karena saat berbicara seperti itu tidak ada jawaban. Berksli-kali ia tanya tetap saja tidak ada jawaban. Saat Putri diam, tidak berkata dan bertanya apapun karena capek ia bertanya, dan tiba-tiba terdengar suara tangisan tersedu-sedu Pamela, seraya memanggil nama Putri.
          "Putri, put." Panggil Pamela sambil menangis.

"Iya, kamu kenapa Pamela?" Jawab Putri dengan suara kaget.

Hening.... (lama untuk pamela menjawab karena dia terus terusan menangis.)

"Tolong aku put,?"

"Iya pasti aku tolong !"

"Ayah dan Ibu berantem lagi, dan aku tidak bisa melerainya, ayah selalu pulang tengah malam dengan diantar seorang cewe. Saat Ibuku bertanya, ibu malah dimarahinya bahkan Ibu digamapr. Dan sekarang ayahku pergi dari rumah, ingin sekali aku bunuh diri, jika terus-terusan begini?"

"Kenapa kamu tidak bisa melerainya?"

"Ayahku galak sekali, mungkin jika aku melerainya, nanti Ibu yang akan digampar!"

"Dan sekarang Ibumu ada dimana?"

"Ibuku sedang menangis dikamarnya"

Suara tangisan Pamela masih saja terdengar di handphone Putri, Putripun ikut larut dalam kesedihan Pamela. Putri menganggap Pamela adalah orang yang selalu ceria dan tersenyum, ternyata bisa nangis tersedu-sedu karena masalah keluarga yang bertengkar hebat sehingga ayahnya meninggalkan rumahnya. Cerita pertengkaran ini hampir sama yang ia alami pada 6 tahun yang lalu dan saat itu ia masih berumur 8 tahun yang mengakibatkan Ibunya pergi dan tak kembali sampai sekarang.

Setelah beberapa lama hening dari pembicaraan yang mengharukan. Tiba-tiba teredengar dari suara Pamela lagi...

"Putri, kumohon jangan tutup telpon ini, tunggu aku sampai tertidur" Pamela berbicara tersedu-sedu.

"Baiklah Pamela, aku akan tetap meng-aktifkan hp ini"

Handphone Putri pun tetap menyala, tapi yang terdengar hanya tangisan dari Pamel. Dengan rasa yang tak menentu dalam hati Putri terbesat "mengapa setiap Pamela berbicara, aku akan simpati padanya dan kenapa Pamela menjadi orang yang kubutuhkan."

Dan tiba-tiba suara tangisan itu menghilang setelah kira-kira 25 menit, pertanda Pamela sudah tertidur. Setelah itu ia matikan telephone dari Pamela. Dan ia duduk ditepi tempat tidurnya, dan masih memikikan hal itu hingga pukul 3 pagi, ia masih tetap duduk tertunduk ditepi tempat tidurnya untuk memikirkan itu.

***

Senin, 8 November 2010

Pukul 06.25 pagi, Upacara pengibaran bendera segera dilaksanakan. Anak-anak disekolah itu, hampir semuanya sudah berbaris untuk mengikuti upacara.

Putri yang tadi sempat melihat tas Pamela saat dikelas, sebelum ia berbaris. Dan saat ia tiba dilapangan ternyata pamela tidak ada dilapangan. Putri yang kagget langsung meninggalkan lapangan upacara, untung saja upacara belum dimulai.

Langsung saja ia berlari untuk mencari Pamela, Ia ingat curhatan tengah malam itu, ia takut terjadi apa-apa pada Pamela. Ruangan demi ruangan ia telusuri, tapi tetap saja tidak ketemu. Dan saat ia sedang kelelahan dan bersandar dipintu gudang, ternyata Putri mendengar ada seseorang menangis, langsung saja ia buka pintu gudang itu dan berkata...

"Untuk apa kamu terus menangis?" Putri berbicara sambil ngos-ngosan karena kecapean berlari-lari.

Belum ada jawaban atas pertanyaan dari Putri namun Putri berjalan lagi sambil berjalan menuju Pamela yang sedang menangis.

"Untuk apa kamu terus menangis?"

Dan setelah ia tiba di Pamela, Putri langsung memeluknya sambil menangis dan seraya berkata.

"Aku tahu apa yang kamu rasakan, dan aku larut dalam kesedihan yang kamu rasakan seperti aku,"

"Apakah sama, apa yang kamu rasakan seperti aku," Berbicara Pamela dengan suara agak tinggi sambil menangis.

"Iya" jawab Putri sambil melepaskan pelukkannya dan duduk disebelah Pamela lalu ia bercerita tentang masa kecilnya yang kelam, seperti apa yang Pamela rasakan. Putri berbicara kepada Pamela, bagaimana Ibu dan Ayahnya bertengkar dan bagaimana ia bisa hidup  bersama ayah tanpa ada sentuhan Ibu.

Pamela yang mendengar cerita dari Putri, ia langsung berhenti dari tangisnya lalu ia bersandar dibahu Putri dan ia berkata dalam hatinya.

"Ya,ampun. Putri yang kuanggap kuat, ternyata ia juga sama mengalami seperti aku. Tapi, aku menangis terus."

Hening.....

Cukup lama mereka berada digudang berdua. Kira-kira 30 menitan mereka ada digudang. Mereka bercerita tentang masa kecil mereka yang kelam, dan rata-rata hampir sama masa kecil yang mereka rasakan. Dan setelah upacara, mereka baru keluar dari gudang dan menuju kelas untuk mengikuti pelajaran.

***

Cerita kelam yang mengharukan itu hilang seperti hembusan angin yang  menyapu debu-debu dijalan. Sehingga jalan menjadi bersih. Itulah gambaran hati Pamela yang sekarang menjadi bahagia dan bisa tersenyum berkat Putri.

Putri yang berjasa penting atas kebahagiaan Pamela dan membuat hidup Pamela menjadi sedia kala. Dan karena kejadian ini mereka tambah dekat, dan kejadian apapun yang ia rasakan selalu ia ceritakan kepada Putri. Pamela yang menganggap Putri debaagi sahabat yang paling mengerti, jadi cerita tentang cowo yang dekat dengan Pamela, kejadian lucu dirumah ataupun tentang gosip itu bselalu ia bicaraka dengan Putri.

Tapi disisi lain Putri merasakan hal yang tak wajar saat dengan Pamela. Dia terlalu terhanyut oleh perasaan terbuka Pamela. Putri yang terobsesi dengan ayahnya menganggap dirinya seperti ayahnya. Ia mengerti, sabar, perhatian, dan setia. Mungkin Putri bisa mengerti jika Pamela sedang sms-an atau telpon-telponan dengan cowo. Karena, ia tahu ini sulit.

***

Handphone itu berdering berkali-kali, sesekali berhenti namun berdering lagi. Tidak ada yang menjawab, padahal jelas ada pemiliknya disamping, tapi ia enggan untuk menjawabnya, yaitu Putri. Dia enggan menjawab telpon dari Pamela karna ia bosan, pasti yang ia bicarakan tentang pacarnya, pacarnya, dan pacarnya. Dan itu membuat hatinya sedikit sakit.

Disaat handphone Putri berdering, tiba-tiba ayahnya didepan pintu kamarnya dan bertanya,,,

" Kenapa tidak diangkat, memangnya itu siapa?"

"Aku sedang belajar. Itu hanya Pamela, ayah !!"  Putri menjawab sambil memegang pulpen.

"kok tumben tidak dijawab, kalian sedang bertengkar?"

"tidak ayah, aku hanya malas saja"

"Ooh, ya sudah. Belajar lagi"

Hening,,,,,

***

Waktu berlalu, tanpa terasa sudah 3 bulan Putri dan Pamela jarang pergi bareng, ngumpul bareng, bahkan menginap diantara keduanya. Ini dikarenakan sikap Putri yang agak sedikit menghindar dari Pamela. Putri yang berlebihan menanggapi perasaannya terhadap Pamela. Membuat dirinya sakit, saat Pamela dekat dengan yang lain, itulah tujuan Putri mengapa ia bersikap seperti ini.

Disisi lain, Pamela merasa aneh. Kenapa seseorang yang sangat dekat dengannya, tiba-tiba menghindar dari dirinya. Padahal Pamela sering mendekatinya. Tapi, tetap saja sikap Putri jadi dingin. Seperti orang yang baru kenal, padahal mereka sudah kenal lama.

Saat istirahat tiba. Putri langsung meninggalkan bangkunya dan jalan ngeloyor sendirian. Tidak seperti biasanya, padahal biasanya saat istirahat, pasti Putri langsung menarik tangan Pamela untuki jajan kekantin. Tapi tidak...

Pamela merasa tidak enak, masa biasanya bicara dan sekarang diem-dieman. Padahal gak ada masalah. Langsung saja Pamela menghampiri Putri yang sedang minum teh botol sendirian dikantin. Langsung saja Pamela menyapa Putri.

"Hei Putri, sendirian aja."

Putri yang sedang minum teh, menanggapai kedatangan pamela biasa-biasa saja tanpa ada ekspresi bahagia. Tapi dia malah asik minum saja.,

"Putri, kamu kenapa sih. Kok, jadi begini sama aku? Aku salah ya sama kamu?"

"gak kenapa-kenapa. Emang aneh ya?" Putri menjawab dengan santai. Tiba-tiba Putri bicara sebelum ia pergi ninggalin Pamela dibangku kantin.

"udah jangan dibahas lagi. Aku gak mau dengerin, biarin aku begini.!!"

Inilah pembicaraan mereka terakhir dikantin.

Hening,,,

***

Sudah seminggu Putri tidak masuk sekolah. Guru piket sering bolak-balik kekelas untuk menanyakan keadaan Putri yang sebenarnya. Tapi teman-teman sekelas tidak ada yang tahu. Paling yang menjadi sasaran pertanyaan guru-guru kenapa Putri tidak masuk sekolah adalah Pamela. Langsung guru piket yang hari senin yang bernama Bu Berta, memanggil Pamela dan menyodorkan pertanyaan-pertanyaan tentang Putri. Sebagai sahabat dekat Putri, Pamela hanya menjawab seadanya. Dan diakhir pembicaraan dengan Bu Berta, Pamela berjanji akan datang kerumah Putri seusai sekolah dan akan bertanya kenapa ia tidak masuk. Setelah itu, Pamela meninggalkan meja piket dan berjalan menuju kekelasnya.

***

"Kiri ya bang" ngomong Pamela dengan sopir angkot pertanda ia sudah sampai di gang Putri.

Langsung saja ia turun dari mobil angkot. tapi ia sempat aneh, saat turun ada segerombolan Ibu-ibu yang berbicara tentang seorang cewek yang meninggal mengenaskan. Dan ia pun sempat bertanya-tanya dalam hatinya "siapa?".

Ia semakin dekat mendekati rumah Putri, tapi semakin ia mendekati rumah Putri,malah ada sebuah bendera kuning berkibar. Ia takut terjadi apa-apa. Tapi untunglah ternyata orang yang meninggal adalah tetangga Putri.

"Putri!!, Putri" Panggil Pamela yang berdiri tepat  dipintu rumahnya Putri. Tidak lama kemudian seorang laki-laki paruhbaya membuka pintu dan bicara...

"Eh, Pamela. Nyari Putri ya..?. udah langsung masuk saja. Tuh anaknya lagi aneh,, udah gak sekolah dan dirumah malah diem aja.."

"yah om. Saya langsung masuk."

Pamela membuka pintu kamar Putri, setelah mengetok pintu. Langsung ia menghampiri Putri dan duduk disebelah Putri yang sedang menulis di buku diary yang berwarna merah. Dan menyadari kedatangan Pamela, ia langsung menutup buku diary nya. Dan ia bertanya kenapa Pamela datang kemari.

"ngapain kamu kesini?"

"emang gak boleh, kamu dicariin tuh sama guru piket?" jawab Pamela

"ya udah biarin,," Putri menjawab dengan enteng.

Hening...

Hanya sebentar Pamela berkunjung kerumah Putri. Karena Pamela tidak enak, sikap Putri yang cuek dan menjawab pertanyaan Pamela yang seadanya, bahkan tidak menjawab.

Dan ia berpamitan pulang dengan Putri.

"Putri, aku pulang dulu ya..?"

***

Pukul 11.30 malam, terlihat Putri belum tidur. Ia masih sibuk menulis dikertas origami sebanyak 6 buah, lalu ia lipat dengan bentuk segitiga. Sesekali, ia terdiam untuk berfikir sejenak.

Akhirnya tepat pukul 12.00 malam. Ia sudah selesai menulis, lalu ia bangun dari duduknya untuk merapikan buku-buku yang tadi ia tulis, dan diambilnya box warna hitam, lalu ia taruh buku diary dan beberapa foto ia.

Putri belum saja tidur, dia masih saja mondar-mandir dikamarnya. Lalu, ia berjalan keluar kamar untuk mengambil air putih dengan gelas kacayang berwarna putih didapurnya, mungkin Putri kehausan. Seusai mengambil air, ia duduk lagi dimeja belajarnya dan ia buka laptopnya.dan ternyata membuka facebooknya untuk menulis status seperti ini." Begitu sulit bagiku untuk berekspresi, apa yang kulakukan begitu tak mungkin. Apa yang harus kulakukan? Lebih baik, aku takkan pernah membuka akun facebook ini lagi."

Tak lama ia membuka facebooknya, dia langsung me-log out nya dan menutup laptopnya. Dan ia ambil hp nya yang dari tadi tergeletak di atas Tv kamarnya. Ia tulis sms di Hp, lalu ia kirim ke Pamela yang berisikan. "Pamela, besok kerumahku selesai pulang sekolah, aku akan cerita kenapa aku tidak mau masuk sekolah lagi." Selesai ia melakukan semuanya, ia langsung berbaring dan tidur dikamarnya. Kira-kira pukul 12.30 malam.

***

Pukul 14.00 siang, bel pulang berbunyi. Siswa-siswi di SMA Citra Bangsa, bergegas meninggalkan sekolah untuk pulang kerumah walaupun ada saja siswa yang tidak langsung pulang.

Terlihat Pamela, gadis berambut panjang dengan memakai tas selempang dan sepatu putih. Menaiki mobil angkot sambil menggunakan headseat, ia duduk dikursi belakang angkot, dan sesekali ia membalas smsm dari Putri. Tapi ia hanya 2 kali membalas sms dari Putri. Dalam perjalanan, tumben-tumbenan dijalan macet total, karena ada truk besar yang nyasar kedaerah ini. Biasanya waktu yang ditempuh 20 menit kerumah Putri menjadi 40 menit. 2 kali lipat dari biasanya.

Dan akhirnya tiba digang Putri. Dan ia ingat sesaat ia menaiki angkot Putri sempet sms seperti ini."saat sampai dirumahku, langsung saja masuk, soalnya pintunya gak dikunci. Lagipula dirumahku hanya ada aku."

Jadi Pamela langsung saja masuk kerumah Putri, tapi ketika ia membuka pintu rumah Putri, ia dapati kertas berukuran A4, tertempel dirak pajangan dengan bertuliskan." Pamela, sebelum masuk kekamarku. Kamu baca surat-surat yang ada dimeja dulu."

Hati Pamela sempat bertanya-tanya "ada apa, kok jadi aneh begini?". Tanpa menunggu lama, ia membuka surat satu per satu yang berjumlah 6 buah dengan satu suratnya bertuliskan huruf kapital P-A-M-E-L-A. yang berarti Pamela. Lalu ia baca surat pertama yang berhuruf kapital P. isi suratnya,,

"Pandangan pertamaku, melihatmu membuatku yakin kau yang bisa hiasi hariku,,,

          Dan dibacanya surat kedua yang berhuruf A.

"Aku senang, bisa kenal lebih dekat denganmu. Bahkan menjadi bagian penting dalam hidupmu.

          Surat ke-3 yang berhuruf M.

"Mungkin ini perasaan yang berlebihan yang aku miliki. Tapi aku tak bisa menghindarinya.

          Surat ke-4 yang berhuruf E..

"Entah apa yang harus kuperbuat, agar aku bisa memilikimu seutuhnya"

          Saat membaca Surat ke-5, ia ragu untuk membacanya, karena ia bingung. Apa maksudnya Putri menulis surat sebanyak ini dengan bertanda huruf kapital    P-A-M-E-L-A. Sudah begitu, isi suratnya seperti surat cinta untuk seseorang. Dalam hati pamela terbesit."masa surat ini untuk aku??". Dia terdiam sebentar, lalu ia baca surat ke-5 yang berhuruf L,,

"Lama kunantikan saat ini, saat aku mengungkapkan isi hati ini. Dan sekarang kamu akan memngetahuinya.

Dengan cepat ia membuka surat terakhir yang berhuruf A,,

"Aku disini menunggumu, silahkan masuk kekamar"

Tanpa pikir panjang, ia langsung melepaskan tasnya dan membuka pintu kamar Putri. Pamela sangat terkejut ketika ia membuka pintu, ia melihat keadaan Putri yang sekarat disamping ranjang kamar tidurnya. Dengan darah yang mengalir banyak dari nadi tangan kirinya dengan tangan sebelah kanan memegang pecahan gelas kaca. Muka nya sangat pucat sekali. Jelas saja, banyak darah yang ia keluarkan,,       

Pamela langsung berteriak sambil berlari kearah Putri,,

"Putri, apa yang kamu lakukan?, ayo sekarang kita kerumah sakit"

          Saat pamela ingin membawa Putri, tiba-tiba tangan putri menarik tangan Pamela bertanda ia tidak mau, dan berkata,,

"tidak, biarkan saja aku seperti ini, jangan pedulikan aku."

Sambil menangis, Pamela mengangkat kepala Putri, lalu ia taruh dipundaknya, dan berkata,,

"Apa maksud surat-surat yang kamu buat unuk aku??"

Pamela masih saja menangis, tapi Putri tidak mampu untuk menjawabnya.

"Putri kenapa kamu berani melakukan hal sebodoh in?,, jawab Putri !!"

Tanya Pamela sambil menggoyang-goyangkan tubuh Putri. Pamela masih saja menangis sambil menunduk. Tiba-tiba Putri berbicara dengan nada lemah.

"Aku mencintaimu, tapi aku tak bisa nunjukin bagaimana aku mencintaimu. Ini tak wajar, maka dari itu aku harus melakukan hal ini."

Pamela yang tadinya tertunduk menangis, malah tergeletak mendengar perkataan Putri yang mencintainya. Pamela tak sanggup berbicara tentang perasaan Putri, dia hanya terdiam sambil menangis, karena perasaan Putri yang tak wajar. Ia menangisi Putri karena sahabat yang bisa ia mengerti, keadaannya terlihat tak berdaya karena ia. Tiba-tiba telunjuk Putri tertuju pada box hitam yang ada di meja  belajar . pamela sangat bingung, kenapa Putri  menunjuk box warna hitam.

"Apa? Kenapa kamu menunjuk box hitam itu?" tanya Pamela sambil terus menangis dan Putri menjawab dengan suara lemah.

"ambil box itu"

          Lalu Pamela ambil box itu,,,  dan ia kembali ke posisi semula. Pamela yang memegang box hitam, tanpa pikir panjang lagi, ia membuka box itu, dan didapati isi box itu adalah foto-foto ia dan Putri saat sedang bersama. Dan ia ambil diary merah milik Putri dan ia buka lalu ia dibacanya... dalam diary itu , rata-rata tulisan yang ia baca bertuliskan tentang ia, saat ia bersama dengan Putri. Baru ia membaca tujuh halaman diary, tubuh Putri menjadi lemas tergulai dan matanya hampir tertutup. Ini dikarenakan ia kehabisan darah karena ia menggoreskan kaca dilengan kiri. Pamela yang takut kehilangan Putri, ia membangunkan Putri dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Alhasil Putri meninggal dunia dalam pundak Pamela. Putri sempat berbicara sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.

"Pamela maafkan aku, karena mencintaimu."

          Pamela hanya menangis histeris, sambil berteriak,,

"Putri !!"

          Sambil menangis tersedu-sedu atas kematian sahabatnya, Pamela mencium Putri sebagai tanda persahabatan abadi ia terhadap Putri.

***The End***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun