Di sisi lain, berkembangnya permukiman selalu identik dengan berkurangnya lahan produktif yang semula menjadi penampung air selama hujan. Beralihnya fungsi lahan pertanian juga diikuti dengan kurangnya perawatan hingga tidak berfungsinya sungai yang semula dibuat untuk mengairi sawah.
Dengan kondisi topografi dan penanganan yang belum terpadu seperti saat ini maka tidak mengherankan kalau banjir akan menjadi ancaman bagi permukiman di Kopta Indramayu.
2. Sampah
Setiap hari setiap rumahtangga menghasilkan sampah rumahtangga yang jumlahnya tidak sedikit. Ada sampah organik, banyak yang anorganik. Idealnya setiap rumah harus mempunyai tempat sampah, tetapi keterbatasan lahan menjadi sebab utama.
Hal ini terutama terjadipermukiman perkampungan tumbuh dengan cepat. Pemerintah Kabupaten Indramayu pun membangunkan tempat sampah kolektif di pinggir jalan. Setiap hari sampah diangkut truk sampah.
Di sisi lain, masih banyak masyarakat Kota Indramayu di permukiman yang mengambil jalan pintas dengan membuang sampah di sungai yang mengalir dekat rumahnya. Tentu saja hal ini akan mengganggu kelancaran mengalirnya air dan menjadi pemandangan yang sangat buruk ketika musim kemarau.
Sampah juga secara umum menjadi permasalahan tersendiri di kompleks perumahan, sekalipun disediakan TPS tetapi sering tidak mencukupi. Apalagi sampah dari TPS tidak diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan setiap hari. Belum lagi, letak TPS yang umumnya di pintu gerbang perumahan. Tentu saja hal ini menjadi permasalahan tersendiri.
Sekalipun mereka patuh memenuhi aturan untuk menyediakan ruang terbuka sebesar 40 % namun pada umumnya pengembang perumahan tidak merencanakan tempat penampungan sampah dalam site plan-nya. Hal ini tentu aakan menjadi permasalahan tersendiri setelah permukiman terisi penuh dan pengembang telah menyelesaikan kewajibannya menyediakan hunian layak huni.
3. Air Bersih
Satu-satunya sumber air bersih bagi warga Kota Indramayu adalah air dari PDAM. Hal ini tidak terlepas dari posisi Kota Indramayu yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa dengan ketinggian dari permukaan laut hanya 0 – 3 meter saja. Oleh karena itu sumur bor yang dibuat masyarakat hanya akan menghasilkan air payau hingga asin.
Tidak mengherankan kalau beberapa tahun sebelumnya atau bahkan hingga kini sebagian masyarakat memanfaatkan air sungai untuk mandi dan mencuci, terutama pada musim hujan. Seiring dengan makin tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan maka jumlah mereka yang memanfaatkan air sungai untuk kehidupan sehari-hari inipun semakin berkurang setiap tahunnya.
Sumber air besih PDAM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Indramayu berasal dari sungai. Air sungai diproses nsedemikian rupa sehingga menjadi air bersih yang layak untuk digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Tingginya kadar kaporit yang digunakan PDAM dalam merubah air sungai menjadi air bersih menyebabkan masyarakat umumnya enggan menggunakan air PDAM untuk konsumsi. Agar bau kaporit hilang maka air PDAM harus ditampung di bak terlehih dahulu minimal 1 hari.
Keterbatasan sumber air yang akan diolah PDAM menjadi air bersih menyebabkan debit air bersih yang dihasilkan tidak setabil. Apalagi ketika musim kemarau tiba maka ketersediaan air beresih makin berkurang, kran air bak tidak mengalir sebagaimana biasa. Untuk mendapatkan air untuk mandi saja harus berjam-jam mengangkutnya dari kran terendah yang umumnya terletak di depan rumah.