Mohon tunggu...
Dinoto Indramayu
Dinoto Indramayu Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, belajar dan belajar....

Setiap saat saya mencoba merangkai kata, beberapa diantaranya dihimpun di : www.segudang-cerita-tua.blogspot.com Sekarang, saya ingin mencoba merambah ke ranah yang lebih luas bersamamu, Kompasiana....

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Layak

29 Januari 2015   16:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:09 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sekalipun kami selalu membuang sendiri sampah rumahtangga ke TPS, namun kami tidak pernah menunggak membayar iuran bulanan untuk tukang sampah. Supaya tidak merepotkan, kami membayarnya enam bulan sekali. Jika tukang sampah memungut THR (Tunjangan Hari Raya) pun kami tidak menolaknya. Mereka adalah orang yang tetap berjasa kepada keluarga kami, mengurangi dampak sampah yang bertumpuk di depan rumah sebagian penghuni permukiman kami.

Drainase yang ada di depan rumah dan belakang rumah kami rawat dan perbaiki. Pengembang permukiman kami ternyata sudah membuat drainase yang cukup memadai tetapi para penghuninya yang tidak merawat atau bahkan mengalihfungsikjan drainase menjadi bagian dari rumahnya sehingga ketika musim hujan datang maka permasalahan banjir air kotor selalu jadi agenda harian.

Tentu saja dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu, misalnya ketika merenovasi rumah maka bukan hanya memperbaiki rumah tetapi juga menormalkan drainase. Kebetulan rumah kami diapit oleh drainase, depan dan belakang. Keduanya kami kembalikan kepada posisi semula, sesuai dengan perencanaan pengembang yang kami nilai sudah sangat baik.

Air drainase kami yang tidak pernah kering semula hitam dan kotor, kami manfaatkan untuk menyiram tanaman. Taman kecil kami penuh dengan bunga, juga tanaman buah seperti mangga dan jambu. Air drainase menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat menyuburkan tanaman. Drainase yang semula berisi air hitampun berangsur bersih, airnya semakin tampak cerah.

Lagi-lagi, hal inipun awalnya kami lakukan sendiri. Banyak yang melihat apa yang kami perbuat sebagai sesuatu yang tidak pantas dilakukan penghuni permukiman bernama kompleks. Mengangkat lumpur dan kotoran dari drainase untuk menyuburkan tanaman, menyiramnya dengan air kotor pula. Tetapi kami terus lakukan itu dengan alat yang sangat sederhana dan mudah dibuat sendiri, serok yang terbuat dari kaleng bekas cat dan juga kaleng susu.

Setelah beberapa tahun berjalan, akhirnya ada juga tetangga yang mengikuti apa yang kami lakukan. Serok yang digunakan dibelinya di pasar, tidak cukup kuat dan kokoh sehingga mudah rusak. Tetapi rupanya manfaat dari menguras drainase telah dirasakan, sehingga tetangga kami itu pun tidak malu meminjam serok kami. Kami pun membiarkan serok kami diluar rumah sehingga akan dengan mudah apabila ada yang mau memakainya.

Sampai pada suatu hari, serok milik kami tidak ada di tempatnya. Setelah ditunggu beberapa hari ternyata tidak juga kembali. Daripada berpikir yang tidak-tidak, lebih baik membuat serok yang baru lagi. Menganggap serok yang hilang sebagai bagian dari berhasilnya tindakan kami memasyarakatkan pengurasan drainase.

Benar saja, saat ini banyak yang menguras drainase. Bukan hanya untuk menyiram tanaman seperti kami tetapi juga menyiram jalan agar tidak berdebu dan terasa panas di siang hari. Air drainase pun tampak semakin cerah dan bersih, tidak lagi hitam dan bau tidak sedap.

Sebagaimana permukiman lain, masalah keamanan menjadi permasalahan tersendiri. Apalagi sebagian besar rumah harus ditinggal penghuninya di siang hari. Pencurian burung berkicau, barang-barang milik penghuni hingga kendaraan bermotor selalu menghantui. Padahal pintu keluar permukiman kami hanya satu. Sisi kiri kanan dan belakang adalah sawah dan tambak. Secara logika, permukiman kami relatif aman.

Tetapi kenyataannya sering berbalik, maling lari ke sawah dan bersembunyi di semak-semak. Pencuri motor dengan lihainya mengendarai barang curiannya meliak-liuk di tepian tambak. Tidak akan terkejar oleh mereka yang tidak terbiasa mengendarai motor di jalan sempit dan sulit dilalui itu.
Rumah seorang perwira polisi pun tidak luput dari aksi pintar para pencuri. Seorang pencuri berhasil masuk rumah ketika pengayom masyarakat dan keluarganya lengkap itu berada dalam rumah. Barang-barang kecil seperti hand phone dan DVD player pun digasak dengan mudahnya. Setelah pencuri pergi, penghuni rumah pun sadar bahwa beberapa barang miliknya diamankan orang. Sementara pencuri dengan mudahnya hilang seperti halnya barang-barang milik perwira polisi itu.

Sepeda anak-anak pun sering hilang, kadang pencurinya dengan amannya mengendarai hasil curiannya melalui satu-satunya jalan yang menghubungkan permukiman kami dengan dunia luar. Beberapa diantaranya sebenarnya tidak berniat jahat, hanya mengamen, tetapi ketika ada kesempatan maka sepeda anak kecilpun segera dibawanya dengan aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun