Semakin hari, harga tanah dan biaya pembangunan rumah makin tinggi. Kenyamanan lokasi pun menentukan kocek yang harus dirogoh. Tidak mengherankan kalau biaya yang diperlukan untuk sebuah rumah idamanpun semakin melangit.
Jika kita masih berkutat hidup dalam efek domino masa belajar, tidak memikirkan untuk memiliki tempat tinggal sejak awal maka kita akan mati tergerus oleh perubahan harga perumahan yang terus berubah. Dengan kata lain, tidak pernah akan memiliki tempat tinggal.
Hunian Layak Huni
Sekalipun banyak anggapan bahwa dengan mengontrak maka kita dapat memilih tempat tinggal sesuai dengan harapan, namun tetap dalam keterbatasan. Keterbatasan utama adalah tidak bisa berekspresi secara bebas menjadikan rumah yang ditinggali untuk layak ditinggali sesuai keinginan hati. Bukan rahasia pula kalau hidup sebagai pengontrak rumah selalu dihinggapi rasa was-was saat menjelang akhir masa kontrak.
Selain itu, di balik murahnya sewa dan kontrak ada biaya tak terhitung yang sebenarnya sangat tinggi. Misalnya rasa was-was seperti disebutkan di atas, juga barang dan perabotan yang harus rusak atau terbuang karena proses pindah rumah yang tidak mudah.
Berbeda sekali jika rumah tersebut adalah milik pribadi, bukan hanya bebas dalam mengiisi rumah yang ditinggali tetapi juga dalam menjadikan nuansa rumah sesuka hati. Sebab kunci kelayakan sebuah rumah sesungguhnya bukan terletak pada luasannya, bukan juga kemahalan harga rumahnya, apalagi keindahan arsitekturnya, juga kemewahan perabot yang menghiasi dan berbagai keunggulan yang sering ditawarkan lainnya, tetapi terletak pada susasana hati para penghuninya.
Untuk mencapai kelayakan seperti dikemukakan di atas maka terdapat faktor internal yang menentukan dan faktor eksternal yang melengkapi. Faktor internal diantaranya adalah penghuni dan rumah itu sendiri. Sementara lingkungan tempat tinggal baik makhluk hidup ataupun benda mati merupakan faktor eksternal. Kelayakan sebuah rumah hanya akan tercapai jika terdapat keseimbangan antara kedua faktor tersebut.
Oleh karena itu, sebuah hunian dalam permukiman masyarakat yang dapat mendamaikan hati penghuninya hanya akan tercapai jika kedua faktor tersebut di atas terpenuhi. Oleh karena itu komunikasi antara faktor internal dan eksternal menjadi penentu tercapainya harapan tersebut.
Faktor terpenting untuk tercapainya rumah layak huni adalah segeranya ada keputusan untuk memiliki rumah sendiri secepat mungkin. Soal luasan dan keindahan dapat direncanakan dengan sistem rumah bertumbuh. Rumah kecil dapat direnovasi secara bertahap dan terencana sehingga menjadi hunian yang layak.
Hanya setelah keputusan menetap diambil maka berbagai tindakan untuk menuju permukiman yang layak dapat dipikirkan, mulai dari keluarga sendiri, tetangga kiri-kanan dan para penghuni permukiman lainnya secara bersama-sama. Ketika kita hanya hidup sebagai “kontraktor” maka sebaik apapun ide untuk kelayakan permukiman bersama akan diabaikan orang lain atau bahkan mencadi cemoohan belaka.
Mewujudkan Permukiman Layak Huni
Sebagai makhluk sosial maka setiap manusia tidak akan bisa hidup sendirian. Semua saling tergantung kepada manusia lain. Demikian halnya penghuni sebuah permukiman maka dalam kehidupannya tidak akan bisa terlepas dari masyarakat penghuni permukiman lainnya.
Termasuk di dalamnya adalah ketergantungan diantara penghuni rumah itu sendiri. Kami menyebutnya sebagai faktor internal, karena segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan dimulai dari dalam rumah yang dihuni secara bersama-sama. Dalam sebuah rumah dapat dihuni oleh anggota rumahtangga yang secara hukum dipimpin satu Kepala Keluarga, mungkin juga ada anggota keluarga lain atau bahkan rumahtangga dengan Kepala Rumah tangga yang lain. Tetapi bagaimanapun status penghuni rumah secara hukum maka segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan dengan masyarakat permukiman berasal dari rumah yang kita huni, satu rumahtangga atau pada kasus tertentu keseluruhan penghuni rumah.
Kita tidak bisa berharap terlalu banyak dari masyarakat sekitar untuk berbuat sesuatu yang dapat menjadikan rumah dan permukiman tempat tinggal kita nyaman, jika tidak dimulai dari unsur terkecil yang paling dekat dengan kita, yaitu rumah kita sendiri. Tanpa memulai dari perilaku yang ada di rumah sendiri, harapan kita bukan hanya tidak akan diabaikan para tetangga tetapi bisa menjadi bahan gunjingan dan cemoohan.