"Pak, maaf. Bapak ini siapa sih? Kok saya denger omongan bapak adem banget. Padahal kita baru kenal," Vino berkata kagum.
Si Pak Tua tiba-tiba tertawa keras, Vino jadi bingung.
"Yang memilih untuk adem itu pikiran kamu. Bukan omongan saya. Manusia punya mulut, tinggal ngoceh apa aja gampang. Tapi yang nerima itulah, yang bikin ocehan orang itu bisa beda. Kamu adem, karena nalar kamu nerima. Dan nalar kamu nerima, karena habis minum. Capek kamu hilang," Si Pak Tua berkata lebih dalam dan berfilosofi segala.
"Bener juga, ya," Vino seperti menemukan sebuah pencerahan dari penjelasan si Pak Tua.
"Iyalah. Maka hidup nggak perlu maksa. Kalo capek, istirahat. Kalo ngantuk, tidur. Kalo laper, makan,"
"Setuju."
"Motor kamu kenapa?" tanya si Pak Tua memandang motor Vino
"Abis bensin, pak," jawab Vino
"Bensin boleh abis. Tapi isi otak harus terus penuh. Nggak usah ngeluh kalo pusing karena mikirin solusi dari masalah hidup kamu."
"Pak, bapak ini malaikat atau jangan-jangan waliyullah sih? Tau-taunya saya lagi banyak masalah.."
Pak Tua pun tertawa lagi dan tiba-tiba pergi begitu saja tanpa pamit. Di saat itulah HP Vino berbunyi, istrinya menelepon.Â