"Maksudnya apa sih?" tanya si pedagang lagi.
"Ini uang saya kasih untuk ganti rugi," Vino berkata agak gemetar.
"Beneran nih?"
"Iya bang, cuma ini yang saya punya," Vino berkata memelas.
"Udah, kagak usah. Kita sama-sama lagi susah. Gue kagak mau bikin elu tambah susah. Ambil aja duit lu," ucapnya.
Dug. Vino merinding, jarang ada orang sebaik itu, batinnya berkata dengan coba menambahkan ucapan syukur kepada Tuhan.
Vino kemudian melanjutkan perjalanannya menuju SPBU yang ia ingat kurang lebih berjarak 2 Km. Sudah beberapa kali ia lewati salah satu jalan utama di Kota Jakarta itu. Namun baru berjalan kurang lebih 1 Km, ia sudah mulai terasa lelah, cuaca panas terik yang menjadi salah satu penyebabnya. Keringat mengalir di sekujur tubuhnya, mulut dan tenggorokannya pun kering. Kemudian ia melihat ada halte yang berada tidak jauh darinya.
Dengan sedikit menguatkan diri, ia berjalan menuju halte untuk beristirahat sambil berpikir harus mengambil sikap apa. Terus melanjutkan perjalanan dengan mendorong sepeda motor, atau meninggalkan sepeda motornya di situ sambil berjalan menuju SPBU. Rasionalitas dan logikanya terganggu dengan rasa lelah, yang sebenarnya diperkuat dari kelelahan jiwanya di dalam mengarungi ujian kehidupan.
Vino memarkir motornya dengan menaikkannya ke trotoar, persis di samping halte. Di halte duduk seseorang yang sudah terlihat lanjut usia, mungkin sekitar 70 tahunan lebih.
"Permisi, pak. numpang duduk," sapa Vino sopan.
"Ya duduk dah. Tinggal duduk aja pake minta izin," jawab Pak Tua.