Vino terlihat lelah dan wajahnya tampak kuyu, itu semua tak luput dari perhatian Pak Tua yang mengamati Vino dengan singkat.
"Minum," Pak Tua menyodorkan sebotol air mineral ukuran 600 ml yang masih tersegel.
"Makasih, Pak. Saya nggak haus kok. Lagipula itu masih disegel," Vino menolak halus.
"Jangan suka nolak rejeki. Saya mah gampang, nanti bisa beli lagi. Kamu lagi butuh. Ayo, minum, biar kuat dorong motor lagi."
Vino masih terlihat ragu, tapi rasa haus sudah mulai mencekiknya hingga mau tak mau ia menerima dan langsung meminumnya tanpa bernapas.
"Sabar. Minumnya nggak usah sampe segitunya, berhenti, minum lagi. Gitu," Pak Tua mengingatkan Vino.
"Oh, iya, Pak." Vino pun mengikuti saran Pak Tua dan tanpa sadar, sebotol air mineral itu pun habis, "Wah, maaf pak, habis airnya." ucap Vino tak enak.
"Ya nggak apa lah. Kan memang kamu lagi kehausan," Si pak Tua berkata sambil tersenyum.
Vino menarik nafas dalam-dalam, merasa lega karena hausnya hilang. Ia pun kini meluruskan kaki dan juga sedikit memijat punggung serta pundaknya.
"Bapak lagi ngapain di sini?" tanya Vino.
"Lagi menikmati kota Jakarta dengan mencoba ikhlas bersyukur hidup di dalamnya," jawab Pak Tua.