“Kak Andra?”
“Ya iyalaah .. siapa lagi.”
“Nggak tahulah Nan. Dari dulu dia orangnya misterius. Sayang, dia pernah memberi aku harapan, walaupun hanya sekali, dan tidak terlalu serius. Tapi ... Afnaaan... Afnan, entah karena aku pernah diberi harapan sedikit, ibarat sebutir debu, tapi bagi aku, aku anggap dia serius.:
“Caranya kamu menganggap Kak Andra serius bagaimana?”
“Ya kuadukan laah!”
“Kolokan! Gitu saja kamu adukan ke orang tua!”
“Waaahhhh... waaahhh..... kamu salah menangkap kata-katamu. Aku belum ngomong! Memang tempat mengadu itu cuma orang tua? Ayah ibu? Kakek? Uwak? Paman? Ya nggak laah!”
“Terus ngadu ke siapa?”
“Ke Tuhan!”
“Wuaaahhh.... sudah nggak main-main nih kalau sudah sampai ngadu ke Tuhan.”
“Tapi memang begitulah. Aku jarang menganggap siapapun main-main. Aku selalu khusnudzon, selalu berprasangka baik kepada siapa saja.”