“Ranu lagi, Ranu lagi ... memang tahu seberapa jauh tentang Ranu?”
“Hanya tahu dari jauh saja ....”
“Terus buat apa?”
“Mengkhayal.”
“Hah? Buat mengkhayal?”
“Iya.”
“Mengkhayal apa?”
“Mengkhayal jadi Ranu heheee.....”
Putri tidak menimpali kata-kata Sapto. Dalam hati kecil gadis itu sebenarnya tahu, Sapto sering memperhatikan dirinya. Dalam banyak hal, walaupun hal-hal kecil sering diberikan Sapto kepadanya. Sederhana. Misalnya saja pemuda itu menanyakan “Put, tadi pagi bangun jam berapa?”.Pertanyaan sederhana yang tak terlalu diperhatikan. Tapi di suatu saat hati Putri sempat gelisah ketika pulang kegiatan sore Sapto menawarkan jasa “Put, mau nggak nanti malam aku SMS jam dua malam untuk shalat tahajud....”. Puput sampai heran, sebab bahkan Ranu yang paling akrab dengan dirinya tak pernah menyatakan satu kalimatpun yang menyentuh perasaannya.
Kenyataan sekarang Ranu telah lulus.
Kepergian Ranu yang telah diterima SNMPTN memang membuatnya merasa kehilangan. Tetapi jika dipikir dalam, apa yang membuat kehilangan? Toh tak pernah ada perjanjian apa-apa. Tak pernah ada kata-kata yang membuatnya terikat. Tak pernah ada sesuatu yang besar yang menuntut dirinya untuk membuat keputusan besar pula dalam hidupnya.