“Ya tahu laah. Memang kamu begitu Dit, tapi biarlah, kamu mencuri tetapi tidak dosa.”
Radite diam sejenak. Ia menyeruput es dengan perlahan. Setelah itu tangannya mengambil kantong keresek berisi bungkusan.
“Put, sebagai kenang-kenangan persahabatan kita. Biarpun sebentar lagi kita berpisah, tapi mudah-mudahan ada satu yang tidak berpisah. Aku berharap kado ini menjadi pengikatnya ..... terimalah Put.” kata Radite menyorongkan bungkusan. Puput mengatubkan bibirnya. Ia tatap sejenak mata Radite. Radite mengangguk.
“Apapun yang kamu berikan selama ini padamu, walau kadang lucu, tapi mampu membangkitkan makna.”
“Mudah-mudahan.”
“Boleh aku buka Dit?”
“Bukalah .....”
Perlahan Putri menyobek kertas pembungkus. Beberapa saat kemudian jarinya menyentuh benda dari kain putih berbahan semi sutera dengan bordiran bunga-bunga kecil.
“Dit? Iiiini ..... mukena?”
“Iya.”
“Ini di bawahnya ada sajadah?”