"Kenapa sih dia, ngantuk apa bingung?" tanya Panji pada Ilham.
Dewi tersenyum lagi masih dalam suasana bangun tidurnya, "Aku tidak ngantuk, juga tidak bingung... Tapi baiklah, aku akan menyusul kesana!" kata Dewi akhirnya, segera berdiri dan meninggalkan gerombolan cowok tersebut.Â
Sambil berjalan, Dewi merasa kesal, karena dia memang sengaja ingin duduk santai di depan masjid tersebut terlebih dahulu, menunggu waktu hingga agak siang sedikit. Menunggu rekan-rekannya sholat terlebih dahulu, karena dia memang sedang tidak sholat.Â
Tapi ya sudahlah, jam segitu di depan masjid, dikelilingi segerombol cowok juga tidak pantas, meski mereka teman sendiri.
Sampai di depan masjid, Dewi segera melepas sepatu ketsnya sambil berdiri dengan satu kakinya. Badannya sempoyongan, karena hanya berdiri dengan satu kakinya. Setelah itu, ia melepas sepatu yang satunya lagi.
"Itu, taruh di situ sepatunya!" perintah Ilham lagi sambil menunjuk kotak-kotak kayu penyimpan sepatu yang terletak di samping kiri tempat mereka berdiri.Â
Dewi kaget, karena tiga lelaki itu juga tiba-tiba sudah berada di belakangnya lagiÂ
"Iya.." kata Dewi sambil tersenyum ramah kepada tiga pria itu, demi menjaga kenyamanan, situasi, dan kondisi. Bagaimanapun, jauh di depan mereka, berjarak sekitar tiga meter, ada dua orang satpam yang berbadan tinggi besar, mengenakan seragam hitam, yang sedang mengamati mereka. Jadi Dewi tidak ingin banyak berdebat saat dipandangi satpam itu.Â
Tapi tanpa diketahui tiga lelaki itu, Dewi tertawa sendiri tanpa suara. Dia tadi memang niat tidak akan meletakkan sepatu ketsnya di rak sepatu. Dia akan meletakkannya di situ saja. Itu karena sudah ada dua atau tiga pasang sepatu yang tergeletak di situ, yang memberinya inspirasi untuk juga ikut meletakkannya di situ.
"Itu, arah wudhu wanita ke sana!" kata Ilham lagi, melentangkan tangan kanannya lagi menunjuk arah wudhu wanita.
"Baik, siap!" kata Dewi lagi, sambil tersenyum. Dewi segera menyimpan sepatu ketsnya di rak sepatu, lalu segera memasuki ruangan.Â