Benar saja jika beberapa sekolah swasta bisa lebih maju dari sekolah negeri. Banyak faktornya, salah satunya karena kepala sekolahnya. Di sekolah swasta, kepala sekolah dipilih oleh yayasan. Yayasan tinggal memilih dan menyeleksi kepala sekolah yang bagus dan visioner. Lalu kepala sekolah tersebut akan melaksanakan visinya itu hingga selesai dan tuntas.
Berbeda dengan sekolah negeri, belum selesai kepala sekolah menyelesaikan visinya, dia harus patuh mengikuti pemerintah untuk dipindahtugaskan.
"Kenapa melamun di sini?" tanya Erwin, yang badannya muncul tepat di depan pandangan Dewi.
"Sedang menikmati pemandangan. Aku jenuh di dalam kelas. Full hari ini, sepuluh jam. Jadi menyelinap ke sini untuk mencari angin segar." kata Dewi.Â
"Sudah dapat anginnya?" tanya Erwin lagi sambil duduk di sebelah Dewi.
"Lumayan." kata Dewi.
"Kamu benar Wi, satu tahun sudah bisnis sekolah ini berjalan. Karena perjanjian yang kamu ajukan memang sudah tepat.
Namun sejak kamu mengundurkan diri, dan dipegang oleh adik angkatanmu itu, yang dia dengan gagah berani maju tanpa mengajukan persyaratan, bisnis sekolah berhenti total. Banyak masalah di sana-sini Kurang uang, kurang dukungan kebijakan, belum juga berhasil dapat laba, uangnya sudah diminta ini sekian persen, setoran ini sekian persen, bayar ini sekian persen..." kata Erwin.
Dewi tersenyum, meskipun matanya masih mengamati pemandangan yang ada di depannya.Â
"Dia sudah mencoba, meskipun sekarang akhirnya percobaannya gagal karena banyak rintangan, tapi orang akan mengenang jasanya yang gagah berani menggantikan posisiku.
Sedangkan aku, bagi sekolah ini, oleh semua orang dianggap sebagai pecundang yang melarikan diri dari tugas." kata Dewi masih sambil merenung.