“…sebaiknya Anda tidak melakukan perlawanan! Ingat keselamatan Anda, putri Anda dan anak-anak di arena permainan ini!” laras pistol terasa semakin kuat menekan perut Syahid.
“.. baik.. baik…, saya tidak akan melakukan perlawanan, tetapi bagaimana dengan anak saya???” Syahid setengah menahan teriakannya.
“ayah.. ayah.. ada apa ayah…?? mereka ini siapa ayah… kenapa mereka mau jahat kepada Ayah??” Salwa mulai curiga dan perlahan histeris.
“tidak nak.. tidak.. mereka teman ayah.. Salwa jangan takut ya…, nanti juga om om ini akan pergi….”
“… ayo, sebaiknya cepat ikuti kami!!! Kami sudah tidak punya cukup waktu, anda harus segera kami bawa ke kantor untuk menjalani pemeriksaan…”
“ya.. tapi bagaimana dengan anak saya..???!!!”
“jangan banyak pertanyaan!!, ikut kami atau kami akan tembak ditempat!!”
“ayaah…. jangan tembak ayah saya….!!” Salwa meronta-ronta dalam cengkraman lelaki kekar lainnya.
" Kamu jahat!! Om Jahat!! Kalian semua jahaaaat!!”
Para lelaki kekar berambut cepak itu tidak memperdukikan tangisan histeris Salwa… mereka segera membekuk tangan Syahid.
Orang orang di sekitar arena permainan hanya terdiam heran. Sebagian menyingkir menjauhi lokasi, sebagian lagi memandangi penuh rasa ingin tau dengan mimik tegang. Sementara itu, di luar beberapa mobil Polisi sudah dalam kondisi siap siaga. Nyala lampu sirinenya kelap kelip menyilaukan.