Mohon tunggu...
Dhimas Soesastro
Dhimas Soesastro Mohon Tunggu... -

Dhimas Soesastro; ini bukan nama sebenarnya, tetapi hanyalah sebuah Nama Pena untuk menulis sastra. Nama pena ini kupilih untuk menyatukan aku,ayah dan kakek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Koin Terakhir Untuk Ayah

17 April 2012   07:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:31 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“kokang senjata, siaap!!!!”

“siapp!!!”

krak krak krakkk…!! Seluruh senjata sudah tertokang, siap untuk memuntahkan timah panas tepat didada dan menembus jantung Syahid.. hanya satu peluru yang akan mencapainya!

Meskipun kepala Syahid ditutup kantong hitam, didalam ia sama sekali tidak memejamkan mata. Seakan ia ingin memastikan peluru itu benar-benar tepat menembus jantungnya! Bibirnya melafazkan doa penyerahan diri yang penuh kepasrahan. Selamat tinggal Salwa!! Anakku sayang.. Ayah akan menunggumu di syorga, kita pasti akan berkumpul lagi disana!

Dooorrrrrrrrrrrr!!!!!

Asap mesiu membumbung tinggi memenuhi langit pada malam itu. Syahid merasakan dirinya ringan sekali, tubuhnya melambung seperti balon udara, makin lama makin tinggi, sehingga iapun bisa melihat bagaimana tubuhnya sendiri yang terkulai lemas dalam kondisi terikat pada sebuah tiang eksekusi. Orang-orang segera bergegas berjalan menuju jasadnya yang tidak bergerak.

Syahid kini mulai merasakan tubuhnya memasuki lorong panjang dan sangat dalam, menembus lapisan-lapisan awan putih. Burung-burung dengan bulu beraneka warna, harum aromanya terbang mengitarinya seakan menuntun untuk menelusuri lorong-lorong yang tepat. Hingga Syahid tiba di ujung lorong, dua sosok berpakaian putih-putih sudah menunggunya..

"Inilah saatnya!" Gumam Syahid!

Dua sosok berpakaian putih-putih tersenyum ramah, wajahnya berbinar-binar penuh cahaya..

"Mari.. Silakan.. wahai jiwa yang tenang..."

Syahid masih terdiam! Ia seperti tidak percaya.. Lamat-lamat ia mendengar suara Salwa memanggil-manggil lirih..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun