Mohon tunggu...
Dhimas Soesastro
Dhimas Soesastro Mohon Tunggu... -

Dhimas Soesastro; ini bukan nama sebenarnya, tetapi hanyalah sebuah Nama Pena untuk menulis sastra. Nama pena ini kupilih untuk menyatukan aku,ayah dan kakek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Koin Terakhir Untuk Ayah

17 April 2012   07:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:31 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“dengan ini, skors dicabut, dan sidang pembacaan putusan atas terdakwa Syahid Bin Abdul Rozak dibuka kembali!!” dok! Dok!! Dok!! Ketua Majelis Hakim, suaranya parau dan meyakinkan memecahkan kebekuan ruangan sidang yang penuh sesak dengan wartawan media cetak juga elektronik dalam dan luar negeri.

Persidangan Syahid memang menjadi perhatian, tidak hanya media nasional tetapi juga internasional. Inilah persidangan pertama yang kembali digelar untuk seorang teroris, setelah sepuluh tahun lebih tidak terdengar kasus-kasus terorisme.

Syahid memang bukan pelaku yang meledakan langsung klub tari telanjang itu. Tetapi Syahid-lah yang menyusun rencana, taktik dan strateginya, sehingga peledakan klub tari telanjang di malam Ramadhan itu menewaskan ratusan pengunjung yang sedang pesta pora didalamnya. Tetapi, pembunuhan tetaplah pembunuhan! Kecuali negara dengan alas hukum yang sah, tidak satu orang boleh membunuh untuk alasan apapun dan atas nama siapapun! Oleh karena itulah Jaksa Penuntut Umum dengan tegas tanpa ragu menuntut Syahid dengan hukuman mati!

“... setelah mendengarkan tuntutan Jaksa dan pembelaan terdakwa, ... Menimbang.. Bahwa... Memutuskan Terdakwa Syahid Bin Abdul Rozak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana terorisme! Dan oleh karenanya menjatuhkan hukuman mati kepada terdakwa!”
Dok dok dok! Suara ketukan palu dirasakan begitu ringan oleh Syahid. Kerlap kerlip cahaya blizt kamera wartawan memenuhi ruang sidang. Syahid tetap tenang dan tidak tampak gugup apalagi shock! Ia seakan sudah menyadari hukuman mati adalah bagian dari konsekswensi atas pilihannya menjadi teroris. Mati di arena pertempuran dengan mati didepan regu tembak nilainya sama-sama mati syahid. Demikianlah keyakinan yang dipegang teguh Syahid.

Tetapi seketika hatinya hancur berkeping-keping ketika mengingat bagaimana wajah lucu Salwa. Anak perempuan semata wayangnya yang baru beranjak tumbuh lucu-lucunya itu. Masih terngiang di telinga Syahid suara tangisannya Salwa di arena permainan itu. Syahid tampak tidak terlalu siap menghadapi kenyataan harus meninggalkan Salwa. Iapun kemudian tertunduk dan diam membisu.Terselip juga rasa penyesalan dihatinya.

“saudara terdakwa, apakah akan menerima putusan, mengajukan upaya hukum banding atau fikirfikir dulu?!" Pertanyaan hakim ketua memecah keheningannya.

“saya dengan haqul yakin, menerima putusan majelis Hakim!, Bagi saya mati hari ini atau besok adalah sama saja, dan saya tidak akan pernah memperoleh keadilan didunia karena hakikat keadilan sejati adanya diakhirat, milik Allah!!” Suara Syahid begitu mantab tetapi terasa begitu berat. Keputusannya sudah bulat, menghadapi regu tembak, betapapun itu sangat menyakitkan karena harus meninggalkan aanak semata wayangnya, Salwa.

Tetap saja Syahid tidak dapat menyembunyikan kegalauan hatinya. Membayangkan akan meninggalkan Salwa selamanya. Hingga menanti hari-hari terakhirnya, ditengah kepedihan itu, Syahid terus berusaha menyelimuti hatinya dengan ketabahan. Sampai-sampai tidak mendengar langkah Jaksa menghampirinya.

“.. Saudara Syahid, apakah Anda memiliki permintaan terakhir sebelum eksekusi hukuman mati ini dijalankan?”

“berapa permintaan yang bisa saya ajukan, Pak Jaksa??”

“tidak lebih dari tiga permintaan, sepanjang permintaan Saudara tidak bertentangan dengan Undang-Undang”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun