"Insya Allah Bisa".
     Badai pun menyerahkan kunci motornya kepada Bara sebelum selanjutnya mereka saling berpisah malam itu.
     -
      Setelah memastikan kendaraan Badai dalam posisi aman, terkunci dan sejenak mengaso, Bara kemudian membersihkan diri dan bersalin pakaian. Dera wudhu menyejukkan hati serta pikirannya dini hari itu. Sesaat mata Bara menatap jam dinding di kamar, sudah masuk sepertiga akhir malam. Sajadah pun kemudian digelar untuk dirinya menghadap Tuhannya.
Baginya, tidak ada lagi yang lebih indah dalam hidup ini, selain larut dalam suasana berdialog dan bercengkrama dengan Tuhannya di tengah ibadah pada waktu sepertiga akhir malam. kegiatan yang rutin dia lakukan sejak muda. Jauh sebelum dia menjadi seorang mahasiswa.
Apalagi, dini hari itu dirinya sedikit terguncang.
Guncangan yang hanya dirinya seorang tahu, dan idak perlu orang lain tahu sebabnya.
Dalam suasana seperti ini, Tuhan adalah jalan terbaik yang dia pilih.
-
Sesaat setelah dia menyelesaikan ibadah shalat wajib ditambah sunnah 11 rakaat, di balik jendala nampak shiluete sosok Badai melewati kamarnya yang baru tiba di kontrakan setelah sebelumnya mengantar Rossa.
"Dai", seraya berdiri Bara memanggil Badai yang baru lewat.