"Apa bapak ini tau kalau aku sudah mengubah isi amplop ini." Ucapnya dalam hati.
"Baiklah.. kalau kau rasa kau sudah mengatakan yang menurutmu benar. Tak masalah." Sambung Bapak itu.
"Maaf pak sebelum nya, saya hanya melaksanakan apa yang tuan suruh kemarin."
Bapak itu tersenyum tipis.
"Kau masih muda, harusnya kau memperlihatkan sikap yang baik. Aku rasa kau orang baik."
Lelaki muda itu mengernyitkan dahi
"Tunggu sebentar!"pinta Bapak itu.
Bapak itu mengambil kunci dari sakunya, lalu membuka brangkas di samping meja nya. Beliau mengambil sebuah amplop putih kecil. Persis amplop yang ia buang kemarin beserta daun didalamnya. Bapak itu memasukkan kunci ke dalam amplop putih itu. Persis seperti ketika ia menemukan amplop kecil didalam amplop cokelat yang diberikan tuan kemarin.
"Apa kau tau? Lelaki tua yg kau sebut Tuan itu adalah ayahku. Pemilik perusahaan Kumala.  Ia sakit sejak lima tahun lalu dan dirawat di rumah itu oleh istriku. Sesekali ia jalan kaki mencari orang yang mau bekerja di sekitar rumah. Sebab ada seseorang yang ingin sekali mengambil seluruh bagian rumah dan lahan itu. Padahal lahan luas itu sudah beliau sumbangkan untuk pembangunan masjid warga di sini. Beberapa kali orang itu menyusup dan menjual perabotan yang ada d rumah. Entah sudah berapa kali pula ia mencoba untuk  mengambil surat penting disana.Tadinya aku akan menugaskanmu untuk menjaga rumah dan lahan itu. Tapi kurasa kau tak begitu mampu."
"Saya minta maaf, pak." Ucap lelaki muda itu penuh sesal.
"Tak apa. Kau harus banyak belajar. Sebab, dunia kerja tak semudah yang kau fikirkan. Aku harap kau bisa menyampaikan amanah tanpa mengurangi atau melebihkan apa yang harus kau sampaikan, anak muda. Entah amanah itu berupa barang atau ucapan yang mesti engkau sampaikan." Nasihat Bapak itu.