Mohon tunggu...
Dewi Murniati
Dewi Murniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Terbuka

seorang mahasiswa yang ingin kembali menekuni dunia fiksi dengan segala imajinasi dan kreasi tanpa ada sensasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Tuan

25 Maret 2023   21:48 Diperbarui: 25 Maret 2023   22:02 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matanya tertutup, tapi tidak dengan isi kepalanya yang tiba-tiba riuh. Ia tak bisa tidur, entah apa yang akan terjadi. Malam semakin larut dan dingin. Ia masih bertahan dengan matanya yang tertutup paksa. Apapun yang akan terjadi esok, tak ada satupun yang tau selain Tuhan.

Waktu kian cepat berlalu. Lelaki muda itu baru mulai merasakan kantuknya. Ia berusaha untuk tidur sebentar. Setidaknya ia bisa melepas kantuk sejenak. Sayup terdengar suara ayam.

"Siall.. sudah mau pagi." keluhnya sambil menguap.

Matahari makin menunjukkan wujudnya, perlahan suara jangkrik mulai mereda. Digantikan oleh suara ayam yang makin jelas kokoknya. Lelaki itu berusaha membuka mata, membuyarkan mimpinya yang belum usai. Ia duduk, terdiam dalam lamunannya. Handphone nya tiba-tiba menyala, menampakkan pukul 7.13 pagi. Lelaki muda itu bergegas mandi dan bersiap.

Saat tengah asik bersiap, terdengar suara langkah kaki seseorang dibalik pintu rumah yang ditempati lelaki muda itu. Tampak bayangan sepatu berhenti tepat didepan pintunya.

"Siapa diluar?" Teriak lelaki muda itu penasaran, namun tak ada jawaban sama sekali.

"Tuan, apakah itu kau? Tanya lelaki muda itu lagi. Dan benar saja, tak ada jawaban lagi.

Bulu kuduknya berdiri, ia ingin membuka pintu. Tapi takut. Ia berusaha tak menghiraukan bayangan kaki itu. Ia terus menyisir rambut tipisnya itu. Sesekali ia menengok, memastikan bayangan itu hilang dari celah pintu. Ia menoleh kembali, bayangan sepatu itu masih pada posisi semula, sesekali bergeser. Lelaki itu makin takut, entah apa yang mengganggunya sejak semalam. Segera ia mengambil amplop cokelat diatas meja nya.

Perlahan ia mendekat ke arah pintu. Langkahnya gemetar, peluhnya tiba2 menetes dari dahinya. Semakin lama semakin dekat, ia mengarahkan jemarinya ke gagang pintu. Menggerakkan gagang itu secara perlahan.

"Glekk.."

Ia berusaha mengintip pada celah pintu yang sedikit membuka. Ia memejamkan mata, dan perlahan membuka nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun