Mohon tunggu...
Dewi Murniati
Dewi Murniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Terbuka

seorang mahasiswa yang ingin kembali menekuni dunia fiksi dengan segala imajinasi dan kreasi tanpa ada sensasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Tuan

25 Maret 2023   21:48 Diperbarui: 25 Maret 2023   22:02 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ia mengeluarkan kertas kosong dalam amplop cokelat itu. Tiba-tiba sebuah amplop putih terjatuh dengan suara besi kecil didalamnya.

"Apa ini?" Lelaki muda itu mengernyitkan dahi.

Ia lekas membuka amplop putih kecil itu dan menemukan sebuah kunci berkarat serta sebuah daun yang telah mengering. Daun itu seukuran telapak tangan anak kecil, nampak seperti daun singkong. Lelaki muda itu menggeleng.

"Apa lagi ini, Tuann?" Ucapnya kesal.

"Kenapa ia memberiku kunci yang tak layak pakai serta dedaunan kering dan layu. Kurasa benar ia akan mempermainkan ku." Keluhnya kesal.

Ia membongkar seluruh isi amplop cokelat itu dan segera menggantinya dengan sisa berkas yang ia fotocopy beberapa hari lalu.

Tak terasa langit mengeluarkan warna jingganya. Burung-burung nampak beranjak pulang dalam sangkarnya.

"Kruuwkk.." perutnya bunyi. Siapa sangka ia sampai lupa makan sejak kemarin.

Lelaki muda itu mengeluarkan uang merah pemberian Tuan untuk membeli makanan. Ia sedikit lega, Tuan bilang ia akan segera bekerja esok. Semua berkas lengkap sudah ia siapkan, tak lupa dengan baju hitam putihnya. Ia segera tidur, tak sabar menunggu hari esok.

Malam begitu tenang. Terdengar samar suara jangkrik yang riang bersaut-sautan, dibalik gesekan ilalang yang diterpa angin. Nampak deretan awan berwarna abu, menghiasi lebih dari separuh bagian langit. Hingga bulan hanya terlihat seperempat bulatannya saja. Makin lama angin kian kencang, menerbangkan dedaunan kering, merebahkan rumput, serta membuat lelaki muda itu meringkuk diatas sarung kotak-kotaknya.

"Dinginn sekalii.." rintihnya memejamkan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun