Ia mengeluarkan kertas kosong dalam amplop cokelat itu. Tiba-tiba sebuah amplop putih terjatuh dengan suara besi kecil didalamnya.
"Apa ini?" Lelaki muda itu mengernyitkan dahi.
Ia lekas membuka amplop putih kecil itu dan menemukan sebuah kunci berkarat serta sebuah daun yang telah mengering. Daun itu seukuran telapak tangan anak kecil, nampak seperti daun singkong. Lelaki muda itu menggeleng.
"Apa lagi ini, Tuann?" Ucapnya kesal.
"Kenapa ia memberiku kunci yang tak layak pakai serta dedaunan kering dan layu. Kurasa benar ia akan mempermainkan ku." Keluhnya kesal.
Ia membongkar seluruh isi amplop cokelat itu dan segera menggantinya dengan sisa berkas yang ia fotocopy beberapa hari lalu.
Tak terasa langit mengeluarkan warna jingganya. Burung-burung nampak beranjak pulang dalam sangkarnya.
"Kruuwkk.." perutnya bunyi. Siapa sangka ia sampai lupa makan sejak kemarin.
Lelaki muda itu mengeluarkan uang merah pemberian Tuan untuk membeli makanan. Ia sedikit lega, Tuan bilang ia akan segera bekerja esok. Semua berkas lengkap sudah ia siapkan, tak lupa dengan baju hitam putihnya. Ia segera tidur, tak sabar menunggu hari esok.
Malam begitu tenang. Terdengar samar suara jangkrik yang riang bersaut-sautan, dibalik gesekan ilalang yang diterpa angin. Nampak deretan awan berwarna abu, menghiasi lebih dari separuh bagian langit. Hingga bulan hanya terlihat seperempat bulatannya saja. Makin lama angin kian kencang, menerbangkan dedaunan kering, merebahkan rumput, serta membuat lelaki muda itu meringkuk diatas sarung kotak-kotaknya.
"Dinginn sekalii.." rintihnya memejamkan mata.