Mohon tunggu...
Devita Wijayanti
Devita Wijayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010180

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Penyebab Kasus Korupsi di Indonesia Pendekatan Robert Klitgaard dan Jack Bologna

18 November 2024   20:58 Diperbarui: 18 November 2024   20:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si. Ak

2. Diskresi

Diskresi yang dimiliki oleh pejabat publik sering kali disalahgunakan dalam konteks budaya yang menganggap suap atau gratifikasi sebagai hal yang wajar. Dalam budaya Indonesia, tradisi memberi hadiah kepada pejabat untuk memperlancar urusan sering kali dianggap sebagai norma sosial, meskipun di negara lain hal ini bisa dianggap sebagai tindakan korupsi. Kebiasaan ini menciptakan peluang bagi tindakan korupsi untuk berkembang.

3. Kurangnya Akuntabilitas

Budaya masyarakat yang kurang kritis terhadap tindakan pejabat publik juga berkontribusi pada rendahnya akuntabilitas. Ketidakberdayaan masyarakat dalam melaporkan atau menentang praktik korupsi membuat pejabat merasa tidak tertekan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Hal ini menciptakan lingkungan di mana korupsi dapat tumbuh subur tanpa adanya pengawasan yang memadai.

  • Pendekatan Jack Bologna

Jack Bologna memperkenalkan konsep Fraud Triangle, yang terdiri dari tiga elemen: Tekanan, Kesempatan, dan Rasionalisasi.

1. Tekanan

Dalam konteks budaya masyarakat Indonesia, tekanan untuk berperilaku koruptif sering kali berasal dari kebutuhan ekonomi. Masyarakat yang hidup dalam kondisi ekonomi sulit mungkin merasa terpaksa untuk melakukan tindakan korupsi sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, tekanan sosial dari lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi individu untuk mengikuti jejak orang lain yang melakukan praktik korupsi.

2. Kesempatan

Kesempatan untuk melakukan korupsi meningkat dalam budaya di mana pengawasan lemah dan norma sosial mendukung praktik suap atau gratifikasi. Ketika individu melihat bahwa tindakan korupsi tidak akan terdeteksi atau dihukum, mereka lebih cenderung mengambil kesempatan tersebut. Budaya yang tidak mendukung transparansi dan akuntabilitas memperburuk situasi ini.

3. Rasionalisasi

Budaya masyarakat yang menganggap praktik korupsi sebagai hal yang biasa atau bahkan diperlukan untuk kelangsungan hidup dapat memberikan dasar bagi pelaku untuk merasionalisasi tindakan mereka. Misalnya, seseorang mungkin berpikir bahwa "semua orang melakukannya" atau "ini adalah cara untuk bertahan hidup." Rasionalisasi semacam ini menghilangkan rasa bersalah dan meningkatkan kemungkinan individu terlibat dalam praktik korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun