Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melukis Suara Kenangan

3 Februari 2022   00:00 Diperbarui: 5 Februari 2022   11:56 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wuyyuuuuuuhh!" Pade berteriak, lengannya terentang.

Aku menyeringai, dan tidak bisa menahan diri untuk untuk ikut berteriak. Mungkin satu atau dua air mata bergabung dengan tetesan air hujan yang mengalir di wajahku. Pade pantas mendapatkan semua ini. Aku juga.

Kelegaan meluncur bersama angin dan hujan. Kami tetap di tengah hujan sampai terlalu dingin, dan masuk ke dalam rumah lalu mengeringkan diri dengan handuk.

Kemudian kami mengambil bobo (minol lokal) dan duduk di teras kayu. Pade sedang membuka kaleng dan plastik yang melindungi foto-foto itu. Setelahnya aku mendengarkan Pade menceritakan kisah di balik setiap foto: foto rumah, pondok kebun, proyek kolam ikan lele yang macet, rumah pohon yang diterbangkan badai.

Pade dengan lembut menjalin anekdot bersama-sama dari waktunya di istana tercinta saat aku duduk mendengarkan. Mendengarkan suara ungu beludru Pade. Mendengarkan gemerisik foto dan ketukan kayu Pade yang bersemangat untuk menekankan ceritanya. Mendengarkan suara hujan merah muda ruby di atap seng, diselingi dengan merah marun guntur.

Dalam beberapa keadaan lain, warna-warna tersebut akan menjadi bermacam-macam warna kusam yang acak, sebaliknya warna yang dalam dan tebal kali ini terasa hangat dan nyaman.

Aku memejamkan mata dan membiarkannya menyelimutiku seperti selimut.

Tamat. 

Ket: pade = bapa ade, panggilan kepada adik laki-laki ayah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun