Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melukis Suara Kenangan

3 Februari 2022   00:00 Diperbarui: 5 Februari 2022   11:56 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebun menyediakan pemandangan suara yang dipenuhi gemerisik dan kicauan yang selalu kami nikmati. Meskipun tidak berani menanyakannya, aku curiga ini adalah terakhir kalinya kami berada di kebun. 

Kombinasi tagihan medis, pindah ke kota untuk berobat, dan usia Pade... kebun, rumah, beserta hutan pasti akan segera dijual, dan jika tidak ada remisi spontan, istana kesayangan kami ini akan dijual sebelum Pade menyelesaikan perawatan atau sembuh dari tumor.

Dan rasanya sia-sia duduk di atas bukit dan mengeluh tentang burung hantu. Seindah itu, tapi kelihatannya belum ada cukup suara untuk membuatnya terkesan malam ini.

"Pade mo tong jalan-jalan ka trada?" Aku bertanya.

Pade menoleh padaku. "Sebentar lagi gelap!" katanya dengan sarkasme yang sangat familiar. Kami hampir tidak bisa melihat wajah satu sama lain di malam yang gelap.

"Ayo, tong ke kali (sungai)," aku bersikeras. "Trus dengar katak deng air." Aku mulai berharap untuk lebih melihat suara ungu Pade, dan tidak hanya bercanda dengannya tentang warna di sungai. Kenangan perjalanan kebun binatang pada hari hujan dan perjalanan ke rumah katak, dan lelucon Pade tentang hari biru yang indah, membuatku mengira suara katak biru di matanya.  

"Yah ampuuun!" seru Pade.

"Apa?" Aku menegakkan kepala dan melihat Pade memeriksa kakinya. "Pade kenapa?"

"Kanker barusan menjalar ke Pade pu kaki, Pade su trabisa jalan lagi kapa," kata Pade, lalu menatapku sambil tersenyum.

"Ah...Pade ni paling macam apa saja," gerutuku. Aku sedikit bingung mengapa Pade begitu enggan. Menurutku jalan-jalan adalah cara yang bagus untuk menghabiskan malam ini sebelum bulan-bulan ketidakpastian dan udara rumah sakit. Setidaknya memotret satu kenangan terakhir yang bagus tentang istana kami ini. Tetapi sepertinya paman tidak sependapat dengan pemikiranku itu, dan aku terkejut melihat betapa hal itu sangat menggangguku.

Aku mulai menyadari bahwa malam ini bukan hanya tentang Pade. Operasi Pade tidak akan menyenangkan atau mudah bagiku juga. Jika operasi tidak berhasil, atau kanker tidak sembuh, aku akan menghabiskan waktu berbulan-bulan di bangsal rumah sakit, menyaksikan Pade perlahan-lahan mati, bunyi bip peralatan menambahkan warna merah muda dan kuning pucat ke tempat yang suasananya sudah suram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun