Mohon tunggu...
Danthy Margareth
Danthy Margareth Mohon Tunggu... Lainnya - Biasa-Biasa Saja

Dunia dalam Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pahlawan Senja

20 Agustus 2020   12:45 Diperbarui: 20 Agustus 2020   14:55 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak itu menoleh.

"Ada apakah, Kawan?"

"Kita coba peruntungan di sini. Kulihat cukup ramai. Mana tahu kita dapat uang banyak."

Ia menurut, lalu berjongkok. Tangannya meraba-raba ke sekelilingnya.

"Naiklah." Abisai menepuk pundaknya.

Kudaki leher Abisai, lalu bertengger bak jengger di kepala ayam. Dengan hati-hati Abisai berdiri. Kedua tangannya menggenggam erat kakiku yang panjangnya hanya sepuluh senti.

Aku mulai meniup harmonika, melantunkan nada dan suara. Orang-orang menghentikan langkahnya dan mulai mengerumuni kami.  Cara mengamen kami yang tak biasa menarik perhatian mereka. Kutarik napas panjang dan mulai menyanyikan sebuah lagu kesukaanku, Hidup Ini Adalah Kesempatan.

Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan bri
Hidup ini harus jadi berkat

Kupejamkan mata setiap kali mengucapkan syairnya. Pernah Abisai bertanya, mengapa aku selalu memilih lagu yang diciptakan Pdt. Wilhelmus Latumahina ini, di antara banyak tembang yang ada di dunia. Entahlah, aku tak punya jawabannya. Yang kurasa setiap aku menyanyikannya, aku teringat wajah anak-anak panti. Termasuk Abisai. Aku tak hapal darimana saja mereka berasal, kami berbeda-beda namun selalu bersama. Berbagi tawa dan juga dalam nestapa. Itu sudah cukup untuk menyebutnya sebagai keluarga. Dan aku, tak dapat berpangku tangan begitu saja dengan keadaaan mereka.

Seperti biasa sorakan gegap gempita menutup penampilanku di akhir lagu. Senja itu, gelas plastik penyok kami kembali penuh. Uang-uang kertasnya sampai berhamburan jatuh. Aku tersenyum senang. Malam nanti anak-anak panti dapat tidur tenang dengan perut kenyang.

                                                                                                                                                                                                               ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun