"Ayolah. Kau butuh udara segar.”
Kutarik kedua tangannya kuat-kuat hingga ia hampir terjatuh dari tempat tidur. Dengan terpaksa ia mengikutiku keluar.
"Mau kemanakah, Kawan?" tanyanya penasaran.
"Ikutlah saja."
Kami berjalan menyusuri kali lalu berhenti di sebuah warung kopi. Kupesan susu cokelat dan roti bakar untuk kami. Sambil menanti pesanan, kusodorkan sebuah bungkusan cokelat tua ke tangan Abisai.
"Apa ini?" tanyanya.
"Bukalah."
Ia merobek kertas pembungkusnya, mengeluarkan isinya. Diraba-rabanya permukaannya. Ia terkejut saat mengetahui benda pemberianku. Sebuah tongkat penuntun baru.
"Ini ... darimana Kawan Lamhot dapat uang untuk ini?" Abisai tak berhenti mengelusnya.
"Bukan kau saja yang punya simpanan, Kawan," kataku tersenyum sambil menepuk pundaknya.
"Kita sama-sama orang susah. Kenapa Kawan Lamhot sudi lakukan ini?" Abisai tampak bingung.