“Beres-beres ya, le?” ucap Ibu sebelum menyusul langkah Bapak. “Setelah itu beli sayur dan lauk. Uangnya ambil dulu di warung.”
Aku mengangguk.
Hari Minggu begini memang sudah tugasku untuk membereskan segala kekacauan yang ditinggalkan Ibu. Kubenahi semua kantong kresek bekas yang berisi semua sampah. Ketika aku hendak mengikat kantong terakhir, mendadak aku tertarik pada sesuatu.
Bekas bungkus kopi Pesawat Terbang yang tergeletak di atas tumpukan buangan tangkai kangkung entah kenapa membuat perhatianku tersedot. Ada tanda bahwa bungkus kopi itu berhadiah.
Temukan hologram bertuliskan jenis hadiahnya di dalam!
Sudah sering Ibu atau aku menemukan hologram bertuliskan Anda belum beruntung dalam bungkus kopi Pesawat Terbang. Tapi pernah juga beberapa kali menemukan hologram yang bertuliskan hadiah sebungkus kopi atau uang Rp 500,00 bila bungkus itu ditukarkan di warung tempat membelinya. Mak Inten bersedia menerima penukaran itu. Lumayanlah dapat kopi gratis atau uang koin Rp 500,00.
Maka kupungut dan kusisihkan bungkus kopi bekas itu. Dengan cepat kubereskan semua sampah dan kumasukkan ke dalam tong sampah besar di depan rumah. Selesai menyapu dan mengepel, aku pun ke warung rujak cingur Ibu untuk mengambil uang pembeli sayur dan lauk matang.
_____
Seperti yang sudah-sudah, aku menikmati makan siangku sendirian. Sambil menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulut, kuraih bungkus kopi yang tadi kuselipkan di antara teko dengan toples gula.
Dan aku langsung tertegun.